TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Wibowo mengungkapkan, harga minyak dunia yang diperkirakan akan merambat naik hingga akhir tahun 2015. Minyak mentah jenis Brent sudah mulai naik sejak Februari 2015.
Minyak mentah jenis yang lain, khususnya WTI (West Texas Intermediate) sekarang juga merambat naik. "Penyebabnya, adanya kenaikan permintaan minyak dunia sebagaimana dirilis OPEC, menjadi 29.3 juta barrel per hari, naik 300 ribu barrel per hari. Di sisi lain, aktifitas rig di AS sudah turun sehingga produksi minyak dari AS diduga akan menurun dalam kuartal ketiga dan keempat 2015,' papar Dradjad Wibowo, Kamis (14/5/2015).
Ini semua, lanjut Dradjad, mendorong harga minyak mentah dunia bergerak naik, baik di pasar spot maupun pasar future. "Dengan kondisi di atas, karena harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin bergerak mengikuti harga dunia, saya rasa memang harga BBM sejak Mei ini akan cenderung naik hingga akhir tahun. Kalau Pertamax sudah jelas dihitung berdasarkan harga pasar. Jadi Pertamax naik duluan," kata Dradjad lagi.
Hanya masalah waktu saja untuk Premium, dan juga Pertalite, naik harganya. Dilemanya untuk pemerintah, sambung Dradjad, kurang dari sebulan lagi sudah masuk Ramadan, di mana biasanya inflasi naik. Jika dinaikkan sebelum Ramadan, inflasi bisa melonjak tinggi," Dradjad mengingatkan.
Jika sesudah Ramadan, katanya lagi, efek inflasinya lebih rendah, akan tetapi beban subsidi lebih besar. Padahal, penerimaan APBN masih seret. Yang jelas, Dradjad tak memungkiri kondisi ekonomi tahun 2015 ini memang jauh lebih berat dari tahun-tahun sebelumnya. Setelah Rupiah terdepresiasi tajam, kondisi fiskal tertekan, aktifitas dunia usaha menurun yang ditandai oleh kenaikan debt to equity dan anjloknya omset.
Belum lagi, Indonesia harus bersiap menghadapi tambahan kenaikan harga akibat naiknya harga minyak dunia. "Pemerintah harus lebih cerdas dan kreatif dalam menghadapi situasi yang makin sulit tersebut," Dradjad menegaskan.