TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Utama LIPI, Asvi Warman Adam mengatakan pembelajaran sejarah diperlukan agar sejarah yang di dalamnya terdapat pemikiran para pendiri bangsa tidak bergeser atau berubah seiring dengan bergantinya rezim pemerintahan.
Indonesia harus meniru Filipina dalam menjaga sejarahnya sehingga tidak berubah-rubah.
"Bahwa di negara lain di Filipina mata pelajaran biografi Jose rizal (Tokoh Filipina), menjadi mata kuliah wajib selama satu tahun di seluruh Universitas Filipina. Kita juga harus seperti itu, sehingga pemikiran bung Karno dan bung Hatta dapat dijadikan pembelajaran," kata Asvi dalam diskusi bertajuk Rekonstruksi Sejarah Nasional dan Kontroversi Kelahiran Soekarno di Gedung DPD RI, Komplek DPR/MPR, Rabu (10/6/2015).
Jangankan pemikiran, di Indonesia menurut Asvi pemahaman mengenai tempat kelahiran Soekarno masih terdapat kesalahan dan menjadi perdebatan.
Asvi menambahkan tidak perlu lagi membentuk tim pelurusan sejarah tempat lahir Soekarno. Lantaran dalam berbagai dokumen sejarah, telah jelas dituliskan bahwa Soekarno lahir di Surabaya. Yang diperlukan menurutnya adalah kelengkapan sejarah tersebut.
"Saya pikir tidak perlu dibentuk tim lagi, itu sudah diakui, beliau memang lahir di Surabaya. Kalau kita lihat misalnya berkas di pengadilan kolonial dahulu, tertulis beliau lahirnya memang dari Surabaya. Berkas di Politekni Bandung juga yang sekarang menjadi ITB, Soekarno lahirnya di Surabaya, yang perlu ditindaklanjuti adalah adalah Surabayanya di mana?" katanya.