TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Ibu angkat Angeline (8), Margareit CH Megawe (60) ternyata bukan warga asli Bali maupun Manado. Rupanya ia beralamat tinggal di Kampung Sawah Jalan Tambakan, RT 08/RW 04 nomor 24, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sejumlah saudara kandung dan sanak-saudara dari Margareit juga menempati wilayah itu.
Sepupu Angeline, Mickael menuturkan, dirinya sangat kehilangan sekali dengan perginya Angeline.
Ia mengaku sangat dekat dengan Angeline semasa hidup. Saking dekatnya, ia mengaku kerap menggendong Angeline semasa masih kecil.
"Angeline itu anaknya periang dan lucu, kalau temen-temen saya datang Angeline sering mendekat dan anaknya tidak pemalu," ucap Mickael.
Ia mengaku, pertemuan terakhirnya dengan Angeline yakni saat mendapatkan tawaran kerja membuat tato di Bali beberapa bulan lalu.
"Beberapa bulan lalu saya bertemu Angeline di Bali. Tapi, tidak banyak pembicaraan yang kami lakukan," ujar Mickael yang berprofesi sebagai pelukis, pembuat tato dan DJ (disc jockey) itu.
Lantas ia mengungkapkan, sebenarnya dirinya telah menyiapkan dan hendak memberikan kado sebuah lukisan khusus untuk Angeline. Rencananya, ia akan memberikan kado untuk Angeline dalam waktu dekat.
Namun, keinginannya itu pupus setelah mendengar pemberitaan bahwa sepupu tercintanya itu meninggal dunia diduga karena dibunuh oleh sang pembantu bernama Agus.
Sebuah sketsa wajah anak kecil di kanvas nan berbingkai hasil goretan tangan Mickael hanya bisa disimpannya rapi dikamar.
"Saya tidak pernah memberikan kado buat Angeline. Tapi, sebenarnya saya sudah persiapkan kado berupa lukisan dirinya. Tapi, keinginan saya itu tidak bisa terwujud," ucapnya lirih.
Tak banyak keinginan dan harapan dari Mickael terkait kasus pembunuhan yang menimpa Angeline. Ia hanya bisa berharap kepada pihak kepolisian dan hakim di pengadilan nanti agar menghukum pelaku pembunuh Angeline dengan hukuman yang seberat-beratnya.
"Kalau saja diperbolehkan dan tidak ada aturan larangan hukum saya ingin memukul si Agus," ucapnya.