TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tangan Sutiyoso langsung menutup rapat bagian tengah jaket hitamnya saat berada di tengah lobi Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Sabtu (13/6/2015) malam. Tepi bola matanya terlihat memerah dan kerutan tampak jelas di wajahnya.
Yah, mantan Gubernur DKI Jakarta dua periode dan mantan Panglima Kodam Jaya yang kini menjadi Ketua Umum PKPI itu baru saja memimpin Rapat Pleno Pertama 2015-2020 PKPI sekitar tiga jam di salah satu ruangan hotel yang terdapat pendingan ruangan (air conditioner/AC) tersebut.
Pertanyaan awak media saat menghampirinya bukan tentang materi rapat pleno PKPI, melainkan soal adanya kritik dirinya dianggap telah 'berumur' untuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Sutiyoso menanggapi santai kritik itu. Ia menilai usia dirinya yang genap 70 tahun bukan menjadi kendala.
Menurutnya, layak atau tidaknya seseorang menduduki jabatan strategis negara dilihat dari kesiapan, pengalaman dan hasil kerjanya.
Ia pun membantah jika istri (Setyo Rini), kedua putri (Yessi Riana Dilliyanto-Renny Yofnita Arianti) dan cucunya tak setuju dengan pencalonannya sebagai Kepala BIN.
Menurut Sutiyoso, respon keluarganya atas pencalonan jabatan strategis negara dari Presiden Jokowi ini justru sebaliknya.
"Istri dan anak-anak nggak ada yang protes, atau melarang. Mereka sudah tahu, saya senangnya, saya hiburannya kerja dan kerja, tugas dan tugas. Mereka malah mendorong saya," ujar Sutiyoso.
Tak banyak kalimat diutarakan Sutiyoso saat awak Tribun menanyakannya tentang visi misinya sebagai calon Kepala BIN.
Sebab, ia merasa kurang etis menyampaikan materi tentang 'isi perut' BIN saat dirinya terbilang 'orang luar' dari lembaga tersebut kendati 23 tahun dari 30 tahun masa dinasnya di TNI dihabiskan di posisi yang bersentuhan dengan dunia intelijen. Lantas, ia berjalan menuju mobil hitamnya yang terparkir di depan lobi.