TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar pukul 04.15 WIB, Selasa (30/6), almarhum Letda Bayu Permana sempat di antar sang ayah ke Lanud Halim Perdanakusuma. Bayu meninggalkan rumah setelah sahur bersama sang bunda.
"Setelah makan sahur dilanjutkan shalat subuh, saya mengantar Bayu," kata Ayah Bayu, Mayor TNI AU Ubaidilah saat menerima Tribunnews.com di rumah duka, Jalan Tupolev, Blok K nomor 4, Komplek Skadron Halim, Jakarta Timur, Rabu (1/7/2015).
Saat itu, Ubaidilah masih dalam kondisi kurang sehat karena belum sembuh total dari menderita penyakit penyempitan jantung.
Ubaidilah pun tetap bergegas atas permintaan Bayu. Mereka berangkat menggunakan kendaraan avanza miliknya.
"Saya antar Bayu pakai Avanza," kata Ubaidilah.
Siapa sangka, kisah tersebut merupakan ujung dari petemuan mereka. Ubaidilah mendapat kabar pesawat yang ditumpangi sang anak mengalami insiden ketika dirinya sedang mengotrol kesehatan di rumah sakit pada siang hari.
Namun saat itu, dirinya belum mendapat informasi pasti kalau anaknya menjadi satu di antara korban nahas itu. Ia masih berharap kondisi anaknya masih dalam keadaan selamat.
"Saya dengar informasi dari televisi (pesawat hercules jatuh). Pada saat itu informasi masih simapng siur karena tak ada namanya di televisi. Saat itu, saya masih berharap utuh," katanya.
Ia mengaku tak mempunyai firasat apa-apa bahwa sang anak akan mengalami musibah nahas tersebut. "(Saya) Tidak ada firasat apa-apa. Petunjuk enggak ada," ujarnya.
Sebelumnya, Letda Bayu Permana merupakan satu di antara korban pesawat Hercules buatan dari Amerika yang jatuh di pemukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Medan Sumatera Utara Selasa (30/6) kemarin siang.
Pesawat tersebut dipiloti oleh Kapten Penerbang Sandi Lemsana dari Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang saat mengangkut logistik dari Pangkalan Udara Soewondo, Medan, menuju Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.