TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para calon penumpang maskapai Sriwijaya Air di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, kembali telantar karena pesawat mereka batal terbang akibat adanya abu vulkanik letusan Gunung Raung di Jawa Timur.
Sebagian di antara mereka merasa geram karena menganggap manajemen Sriwijaya Air tidak memberikan solusi, seperti pergantian moda transportasi.
Bagus, calon penumpang pesawat SJ 246, mengaku sudah telantar sejak Kamis (16/7/2015) malam.
Ia kecewa karena tidak ada kepastian informasi bagi para calon penumpang.
"Saya dari semalam, pertama saya pakai Lion Air, tetapi cancel. Nah, tadi malam, Sriwijaya buka penjualan, saya beli, ternyata cancel juga. Cuma enggak ada tanggung jawabnya, paling tidak sediakan bus atau apa kek," kata Bagus kepada Kompas.com di depan loket Sriwijaya Air, Jumat (17/7/2015) sore.
Bagus mengaku menginap di hotel dengan biaya sendiri untuk menanti penerbangan Sriwijaya Air hari ini.
Akibat pembatalan penerbangan, siang tadi sejumlah calon penumpang mendatangi pegawai Sriwijaya Air di bandara untuk meminta kejelasan.
Ada calon penumpang yang mengamuk karena Sriwijaya tidak memberikan uang tunai dari tiket yang dikembalikan dan menggantinya dengan voucerpenerbangan lain.
"Kita kan beli tiket cash, emang kredit apa. Kita juga kasihan, itu yang jaga (loket) sampai ada yang nangis tadi. Akhirnya, pegawai Sriwijaya di dalam menjanjikan bisa refund uang mulai H+1 sampai seminggu ke depan," ujar penumpang tujuan Malang, Jawa Timur, itu.
Seniman (42), calon penumpang Sriwijaya Air tujuan Malang, mengatakan bahwa ia sudah tiba sejak pukul 03.00 untuk keberangkatan pukul 06.00.
Namun, karena penerbangan dibatalkan, ia tidak tahu bagaimana kelanjutan perjalanannya.
"Sampai tadi pagi saya enggak bisa shalat Id. Mau shalat, katanya mushala juga jauh. Mau shalat juga gimana, barang bawaan kayak itu, enggak bisa ditinggal," ujar Seniman.
Calon penumpang lain, Zainal, tidak mempersoalkan uang pengganti tiket yang dikembalikan.
Ia yakin manajemen maskapai akan mengembalikan uang tiket refund.
Namun, ia kecewa karena manajemen maskapai tidak mencarikan alternatif moda transportasi lain seperti bus.
"Yang kita butuhkan ada enggak alternatif lain ke sana, kita minta tolong dibantu. Kita enggak tahu apa-apa ini di Jakarta. Kalau Sriwijaya tidak bisa, kita minta bantu Dinas Perhubungan atau Angkasa Pura. Masa hal-hal begini harus menterinya yang turun, kan enggak mungkin," ujar Zainal.
Sementara itu, salah seorang penumpang Sriwijaya Air berinisiatif mengumpulkan para penumpang dengan tujuan sama ke Malang.
Mereka berencana mencari bus sendiri untuk pulang ke daerah asalnya.