TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Trigana Air Service menyampaikan turut berduka cita atas jatuhnya pesawat Trigana Air jenis ATR42-300 di Pegunungan Bintang, Papua.
Manajemen perusahaan tersebut juga meminta maaf atas kejadian tersebut yang mewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat.
"Kami atas nama PT Trigana Air Service, sekali lagi turut berduka cita kepada keluarga korban penerbangan IL 267, dan mohon maaf atas kejadian yang tidak kita inginkan ini," kata Manager Security PT Trigana Service Air, Alfred A Purnomo dalam jumpa pers di kantornya, Kalimalng, Jakarta Timur, Selasa (18/8/2015) petang.
Alfred tidak mau menjelaskan saat ditanyakan lebih lanjut oleh wartawan perihal pertanggungjawaban perusahaannya, informasi yang dibutuhkan untuk keluarga korban hingga data manifes penumpang dan kru.
Ia beralasan ada tim dari perusahaannya di posko pencarian, Papua, yang lebih berwenang menjelaskan hal itu.
Yang jelas, lanjut Alfred, pihaknya baru akan memberangkatkan keluarga korban, pramugari Ika N dan Dita Amelia ke Papua pada malam ini.
Pesawat Trigana Air jenis ATR42 rute Sentani (Jayapura)-Oksibil hilang kontak dalam perjalanan di sekitar Pegunungan Bintang Papua sejak Minggu (16/8/2015) petang.
Pesawat dengan pilot, Kapten Hasanudin itu mengangkut 49 penumpang, seorang kopilot, teknisi dan dua pramugari.
Hasil pencarian tim SAR gabungan, pesawat tersebut ditemukan di daerah tebing Kamp 3, Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, dalam kondisi hancur. Seluruh penumpang dan kru tewas.
Selain itu, kotak hitam atau blackbox yang berisi data penerbangan dan komunikasi pilot juga telah ditemukan.
"Pada sore ini, pelaksanaan evakuasi dari kecelakaan Trigana Air PK-YRN di Papua, dinyatakan di-stop oleh Basarnas di Papua. Dan akan dilanjutkan pada pukul 06.00 lokal time. Hari ini telah ditemukan 54 jenazah dan satu blakbox. Pada saat ini, proses evakuasi dilanjutkan melalui darat," jelas Alfred.