TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie meminta pemerintah membentuk pusat krisis. Hal itu terkait situasi ekonomi yang sulit dan terus menurun. Bahkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS anjlok hingga menembus angka Rp14.000.
"Kita mengharapkan pemerintah membentuk pusat krisis. Sudah sekian kali saya sebutkan untuk menangani menghadapi persoalan yang sulit. Menteri satu bergerak ke kanan yang lain kekiri. Harus satu komando," kata Ical saat menghadiri rapat pleno Golkar di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Ia mengatakan pusat krisis dapat dipimpin oleh orang yang dipercaya presiden. Pimpinan pusat krisis kemudian membuat matrik yang harus dikerjakan menteri.
"Kita sulit menangani suatu keadaan yang sudah sulit. Bursa turun mendekati 5 persen. Ini catatan pemain bursa bukan orang kaya, banyak teman saya bukan orang kaya. Kita lihat dollar Rp14 ribu ini tentu membahayakan perekonomian kita bagi pemerintah dan dunia usaha," ujarnya.
Anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, kata Ical, menimbulkan pemutusan hubungan kerja di semua sektor.
Ia mengingatkan pula tugas pemerintah bukan hanya menangani APBN tetapi mencari cara agar masyarakat dapat bergerak keluar dari situasi krisis. "Kita concern dan prihatin, kita harapkan ahli ekonomi dibawah satu pusat kritis membawa Indonesia lebih baik," ujarnya.
Ical mengakui keadaan perekonomian nasional tidak dapat dipungkiri lantaran kondisi ekonomi dunia yang mengalami penurunan drastis.
"Kita tidak dapat memungkiri dengan dihadapkan ekonomi yang sangat sulit saat ini. Kita melihat dalam pusat keuangan dunia terjadi penurunan yang sangat drastis, hal ini sudah memukul perekonomian Indonesia," kata Ical.