TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sujanarko menilai perlu adanya perbaikan di internal lembaga antikorupsi itu.
Termasuk soal komunikasi antar pegawai dan pimpinan. Harus ada kedekatan, sehingga tidak sering menimbulkan gesekan.
"Pimpinan harusnya datang ke bawah tepuk pundak, ngopi bareng. Itu yang kurang (saat ini)," kata Sujanarko saat menjalani tes wawancara Capim KPK di Aula Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Pernyataan itu berdasarkan pengalamannya yang telah bekerja di KPK selama 12 tahun dan saat ini menjabat Direktur Pembinaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan Instansi KPK.
Menurut Sujanarko, ada perbedaan yang fundamental sejak Pimpinan KPK pertama hingga saat ini. Sujanarko menyebut pada periode pertama komunikasi lebih lancar. Namun pada periode kedua, dia menilai KPK mulai dibawa ke organisasi yang sangat birokratis.
"Pimpinan pertama pakai sandal jepit dijemput ke rumah untuk awasi situasi di luar. Saya pernah diajak ngopi di Bundaran HI untuk amati demo," ujarnya.
Sujanarko lantas menyebut KPK memerlukan orang-orang yang rendah hati. Hal tersebut dibutuhkan agar tidak ada konflik yang menimbulkan hambatan dalam komunikasi.
"Memang yang di KPK ada yang sangat berbahaya yaitu kewenangan luas dari UU. Itu bisa mengubah seseorang. Di KPK memang butuh orang yang cukup rendah hati sehingga tidak jadi konflik berkelanjutan," imbuhnya.