TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon dalam kampanye Donald Trump, Bakal Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik dianggap janggal. Sebagai pimpinan tertinggi DPR, selayaknya mereka tak hadir dalam kampanye partai politik luar negeri tersebut. Hal ini memunculkan spekulasi, apakah kedua pimpinan lembaga DPR itu membawa kepentingan pribadi terkait Donald Trump, atau kah mereka memang tak paham etika diplomasi internasional?
Anggota Komisi III DPR Taufiqulhadi mengkritisi kehadiran para pimpinan DPR tersebut pada kampanye di Trump Tower Kamis waktu setempat. Menurutnya, mereka harus sadar posisi sebagai pimpinan lembaga tinggi negara, meski Fadli Zon menyatakan kehadirannya tak terencana.
“Kalau katanya iseng, gak boleh kalau posisi dia itu sebagai pimpinan DPR,” kata Taufiq, Jumat (4/9/2015).
Menurut Politisi Partai NasDem ini, apa pun latar belakang kepentingan Setya Novanto dan Fadli Zon di Trump Tower, tetap saja naif. Saat ini Donald Trump masih tercatat sebagai peserta konvensi calon presiden dari Partai Republik. Jangankan menjadi presiden AS, Donald Trump bahkan belum tentu lolos jadi calon presiden dari Partai Republik.
Dia mencontohkan kasus Hillary Clinton yang 8 tahun lalu digadang-gadang menjadi Calon Presiden Partai Demokrat. Ternyata dia disalip Barrack Obama dalam konvensi Partai Demokrat. Bahkan ketika Trump sudah menjadi calon presiden sekali pun, tetap saja bukan kapasitas Fadli Zon dan Setya Novanto untuk menghadiri kampanye yang dia gelar.
“Kalau hadir dalam acara resmi seperti undangan pejabat negara dari sana, yang terjadwal dengan baik itu boleh. Di luar itu, kita harus pertanyakan tujuannya apa?” ungkapnya.
Sebelumnya, Setya Novanto dan Fadli Zon beserta rombongan memang dijadwalkan menghadiri sidang PBB di New York. Ternyata, rombongan DPR itu juga bertemu dengan Donald Trump membicarakan aliansi strategis Indonesia-Amerika. Padahal seperti disinggung di muka, posisi Trump masih sangat jauh dari jabatannya sebagai presiden AS. Masih sangat banyak kemungkinan politik yang bisa terjadi padanya.
“Belum tentu dia (Trump) lolos mewakili Partai Republik. Punya kapasitas apa juga Trump dan rombongan DPR ngomongin hubungan kedua negara,” pungkas Taufiq.