Patung ini sengaja ditinggal di rumah dinas Kabareskrim yang kini dihuni Anang. Ia berharap Anang bisa mewujudkan impiannya itu.
"ā€ˇPatungnya buat Pak Anang, paling nama "Budi" saya copot. Ini untuk mengingatkan Pak Anang, pembentukan tim SWAT harus dikaji ke depannya. Jadi besok-besok saat penangkapan tim ini yang jalan dan Polri tidak lagi dianggap melakukan pelanggaran HAM dan tidak profesional melakukan penyidikan," cerita Buwas.
Jenderal bintang tiga ini menjelaskan, seragam tim SWAT yang menjadi kebanggannya itu merupakan rancangan serta temuan dari seorang sarjana ITB yang memang memiliki keahlian membuat rompi anti peluru dari karbon.
Keunggulan rompi anti peluru dari karbon yakni rompi tersebut lebih ringan.
Dan rompi buatan Indonesia ini kualitasnya jauh lebih bagus dibanding buatan Korea.
"Rompi ini produk dalam negeri, jadi harus dikembangkan. Kemampuannya sudah di tes tahan peluru kaliber 9 milimeter. Ditembak jarak 30 meter enggak tembus," kata Kepala BNN ini.
Ketika ditanya tugas Tim SWAT, Buwas menjawab tim ini bertugas untuk memanggil orang-orang yang akan ditangkap atau untuk melakukan upaya jemput paksa.
"Jadi tidak ada lagi seperti yang lalu, penyidik ikut penangkapan jadi timbul kegaduhan seperti dulu Pak BW yang bilang kami (Polri) tidak prosedural. Nanti soal penangkapan tim SWAT yang turun," kata dia.