TRIBUNNEWS, COM. MINA - Hingga selepas Maghrib waktu Saudi, atau Kamis (24/9/2015)tengah malam WIB, situasi di seputaran Mina masih serasa mengundang tanda-tanya.
Beberapa helikopter masih berputar-putar di langit, kemungkinan melakukan pemantauan dari kondisi terkini di atas ribuan tenda yang terhimpun dari ratusan Maktab, atau gabungan dari berbagai kelompok jemaah calon haji dari berbagai negara.
Suara sirene dari ambulan-ambulan juga masih meraung-raung, dengan titik tujuan ke RS Mina yang berada di luar terowongan Mina, tempat di mana terdapat jamarat atau jumrah yang menjadi tujuan para calon haji untuk dilontarkan tujuh kerikil pada Kamis (24/9), atau hari ke-10 Dzulhijah.
Ambulan masih membawa korban tewas dan luka dari peristiwa memilukan yang terjadi saat atau menjelang pelontaran jumrah aqobah, yang diperkirakan mulai terjadi sekitar pkl 09.00 waktu setempat atau sekitar tengah hari WIB.
Asumsi terkait jumlah korban tewas dan luka-luka menjadi pembahasan utama di tenda-tenda di makbat-makbat, termasuk di berbagai tenda di makbat 68 yang dihuni calon jemaah haji dari berbagai negara Asia, termasuk Cina, Korsel, Jepang, dan terutama Indonesia.
Dari berbagai pembicaraan itu, semua memandangnya sebagai sebuah musibah. Oleh karena itu, hal itu juga pastinya tidak akan menghalangi kewajiban yang masih harus diikuti calon jemaah haji.
Yakni, di mana sebagian besar masih harus menjalani melontar jumrah ulla, wastho dan aqobah pada hari ke-11 dan 12 dzulhijah, yang berarti hari Jumat dan Sabtu (25-26/9).
Setiap jumrah dilontar dengan tujuh kerikil. Saat melontar jumrah aqobah pada Kamis (24/9) juga dengan tujuh kerikil.
"Saya kira ibadah melontar jumrah ulla, wustha dan aqobah pada Jumat dan Sabtu tidak seramai saat melontar jumrah aqobah pada Kamis ini. Tadi, semua calon jemaah haji seperti serentak menuju Mina dari Mudzalifah, jutaan orang bergelombang menuju ke sana. Mereka ingin menunjukkan kecintaannya pada kewajiban yang diberikan," demikian diungkapkan salah satu jemaah Haji Indonesia, Heru Pujihartono dalam laporannya ke Tribunnews.
Heru Pujihartono, anggota Indonesia Millenium Development Force (IMDF) PSSI 2015-2019 pimpinan La Nyalla Mahmud Mattalitti, menjalani ibadah haji bersama sahabatnya, Tubagus Adhi.
Ibadah ke tanah suci ini dijalani Heru sebagai wujud dari rasa syukur atas kemajuan yang dicapai perusahaan kateringnya, Nendia Primarasa, yang didirikannya tahun 2004 bersama istrinya tercinta, Resti Nendia.