TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Rektor Institur Pertanian Bogor (IPB) Hery Suhardiyanto melakulan panen raya padi varietas IPB 3S di Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jumat (27/9/2015).
Padi IPB 3S tersebut produktivitas ubinanya sebesar 13,4 ton per hektare (ha) gabah kering panen (GKP) atau setara 9,4 ton per ha GKG.
Jokowi sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Kementan dalam mendorong IPB dan Pemerintah Daerah Karawang untuk mengembangkan teknologi padi, sehingga meningkatkan produksi yang dapat berdampak pada peningkatan cadangan pangan dan gairah petani untuk menanam padi.
"Kalau semuanya berpikir peningkatan produksi, maka lonjakan produksi padi akan besar," kata Jokowi usai panen raya padi.
Sampai detik ini, Jokowi menegaskan tidak ada impor beras dan belum memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan terkait impor beras. Walaupun demikian, banyak pihak mendesak untuk disegerakan mengeluarkan kebijakan impor beras tersebut.
"Ini masih jalan perhitungan dampak el nino. Masih dalam perhitungan semuanya. Kita harus punya cadangan yang betul-betul aman untuk semuanya. Yang jelas stok beras saat ini di Bulog aman yakni 1,7 juta ton dan ditambah lagi produksi sampai November dan Desember 2015 sekitar 200 hingga 300 ribu ton," jelas Jokowi.
Jokowi pun menegaskan bahwa apabila pemerintahkan mengimpor beras, masyarakat pasti akan menolak dengan tegas.
Menurutnya, impor beras dikhawatirkan dapat memukul harga beras lokal dan merugikan petani jika dilakukan tanpa perhitungan matang.
"Karena itu, produksi dan stok beras nasional harus benar-benar dipastikan dengan data akurat," ujar Jokowi.
Menanggapi naiknya harga beras saat ini, perlu dilakukan langkah operasi pasar. Ini untuk menjamin ketersediaan pasokan pangan terutama beras, distribusi yang lancar dan harga yang terjangkau.
"Untuk itu, perlu dilakukan operasi pasar besar-besaran minggu ini biar harga beras turun,” tutur Jokowi.
Sementara itu di hadapan Jokowi, Mentan menegaskan juga bahwa impor beras belum diperlukan. Mentan mengklaim bahwa di atas kertas masih ada panen sebanyak 15 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan 9 juta ton beras di 6 provinsi penghasil utama beras.
Keenam daerah tersebut yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Medan (Sumatera Utara), Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan masih ada panen.
“Enam daerah tersebut diperkirakan panen sampai Desember yang akan menghasilkan 15 juta ton (GKG)," kata Amran usai panen raya di Desa Cikarang, Karawang, Minggu (27/9/2015).
Mentan pun mengaku bahwa pihaknya telah berupaya keras dan berhasil meningkatkan produksi beras secara signifikan. Buktinya, sampai hari ini di usia pemerintahan yang satu tahun, kebutuhan beras nasional masih terpenuhi tanpa adanya impor.
Padahal, serangan El Nino sekarang lebih dahsyat dibanding tahun 1998 dulu dan jumlah penduduk saat ini lebih banyak dibanding tahun 1998.
"El nino tahun 1998 kita impor 7,71 juta ton, penduduknya jauh lebih sedikit dibanding sekarang. Tapi sampai hari ini belum ada impor, itu upaya keras Kementan atas arahan Bapak Presiden, menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan el nino sekarang lebih kuat dari 1998," jelasnya.
Hadir dalam panen raya ini Menteri Sekretari Negara, Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, Menteri Desa dan Daerah Tertinggal, Marwan Jafar, Wakil Gubernur Jawa Barat, Kasad TNI AD, Jend TNI Mulyono, Dedi Mizwar, Plt. Bupati Karawang, Cellina Nurachardiana, dan Dirut Perum Bulog, Djarot Kusumayakti. (advertorial)