Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, MEKAH - Guna mengetahui secara pasti peristiwa Mina yang menewaskan puluhan jemaah haji asal Indonesia, Satuan Arafah, Mudzdalifah, dan Mina (Armina) melakukan rekonstruksi dengan berdasarkan keterangan jemaah yang nyaris menjadi korban dalam peristiwa 22 September 2015 tersebut.
Kepala Satuan Operasi Armina Abu Haris mengatakan bila pihaknya sudah mengumpulkan ketua kloter dan jemaah yang merasa kehilangan saudara atau temannya untuk menggali informasi apa yang terjadi di Jalan 204 tersebut.
"Kita ingin tahu apa penyebab kejadian itu, meskipun nanti Kementerian Agama akan bersurat kepada Kerajaan Arab Saudi untuk permohonan klarifikasi kejadian tersebut," kata Abu Haris di kantor Daker Mekah, Rabu (1/9/2015).
Satops Armina mengajak jemaah Kloter 48 Embarkasi Surabaya guna menuturkan bagaimana rombongannya bisa berada di lokasi Jalan 204 yang merupakan jalan resmi untuk jemaah Indonesia yang tinggal di tenda di Minajadid.
Penanggung jawab Armina ingin mengetahui kronologi kejadian di mana jemaah Indonesia berada di jalur yang bukan semestinya.
"Makanya kita ajak jemaah untuk memberikan gambaran dari mana mereka mulai jalan, dimana dibelokan, di titik mana orang mulai berdesakan, kemudian kapan melihat orang naik ke tenda, serta bagaimana orang saling merangsak dan orang tidak mau beralih ke tempat yang kosong," tutur Abu Haris.
Analisa pertama, tempat kejadian bukan jalan resmi untuk jemaah haji Indoneaia. Jemaah Indonesia jalur resminya melewati Jalan Torik Malikukll Fadh dari Mina Jadid hingga Jamarat.
Tetapi di pertengahan jalan, sebelum sampai ke jamarat, perjalanan jemaah Indonesia yang akan melempar jumrah dibelokkan ke Jalan 223, sehingga bertemu dengan arus jemaah negara lain. Ada arus jemaah dari arah Jamarat tepatnya dari bawah jembatan, kemudian ada jemaah yang berasal dari Jalan 204 menuju Jamarat. Tiga arus tersebut bertemu dalam satu titik di pertigaan jalan 204.
Lebar jalan 204 kurang lebih 12 meter, begitu juga dengan jalan 223 lebarnya sama. Sehingga bisa dibayangkan tiga arus mobilisasi orang bertemu dalam satu titik dengan kekuatan yang sama.
Tetapi rekonstruksi baru sampai pada proses pertemuan arus manusia. Belum jelas apakah pintu masuk menuju pelataran jamarat ditutup atau tidak. Ada isu kejadian diakibatkan ada mobil yang menghalangi jalan, ada juga yang mengatakan akibat ada kursi roda yang terjepit dan sebagainya. Semua belum diketahui secara pasti.
"Jemaah yang menjelaskan kejadian sudah tidak sadar sampai di pertigaan tempat kejadian. Kita akan berusaha mencari jemaah lain sebagai data dan bahan evaluasi ke depan," kata dia.