Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Wali Kota Bogor Bima Arya diprotes. Pasalnya, politikus PAN ini baru saja menerbitkan Surat Edaran nomor 300/1321-Kesbangpol tentang larangan terhadap Perayaan Asyura (Hari Raya Kaum Syiah) di Kota Bogor, Kamis (22/10/2015) malam.
Protes antara lain muncul dari tokoh nasional pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA.
Lalu bagaimana Bima Arya menanggapi protes yang muncul itu.
"Saya sangat memahami kontroversi yang akan terjadi. Namun saya bersama sama Muspida mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya hal yang akan memberikan dampak jangka panjang yg luas bagi warga Bogor," papar Bima Arya kepada Tribunnews.com, Minggu (25/10/2015).
Denny JA menilai persepsi dan kebijakan yang dilakukan kepala daerah seperti Bima Arya telah menjadikan Indonesia sebagai satu dari negara terburuk di dunia dalam menjaga keberagaman.
Namun hal itu dibantah oleh Bima Arya.
"Tugas saya sebagai wali kota melindungi keselamatan dan jiwa warga saya tanpa terkecuali, apapun agama dan keyakinannya," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Bima Arya, meskipun terjadi kontroversi dan merugikan popularitas dan persepsi tentang kredibilitasnya namun itulah risiko pemimpin harus berani mengambil kebijakan.
Selain itu menurutnya, "Kota bogor tidak pernah ada konflik sosial dan fisik karena masalah agama dan keyakinan. Jangan sampai itu terjadi," tekannya lagi.