Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu melihat trend perang ke depan sudah tidak lagi mengedepankan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang paling maju.
Menurut dia, perang masa depan yakni peperangan ideologi, atau cuci otak. Kekuatan diukur dari seberapa besar memengaruhi lawan.
Pengaruh yang kuat dari ideologi tertentu, segala aspek negara bisa saja diruntuhkan. Terlebih jika anak mudanya mudah dipengaruhi dan terhasut. Karena itu, Ryamizard menilai Alutsista bukan satu-satunya senjata menakutkan saat ini.
"Kalau sekarang, bom udah gak ngaruh, kalau cuci otak berpengaruh ke semuanya," kata Ryamizard kepada wartawan di Jakarta, Minggu (15/11/2015).
Pernyataan mantan KSAD itu bukan tanpa dasar, banyak korban warga Indonesia yang terperangkap pengaruh ideologi radikal. Ujungnya, mereka berangkat ke Iraq dan menyebrang ke Syria untuk bergabung dengan kelompok radikal. Mereka bahkan rela menjual harta benda dan meninggalkan seluruh keluarganya dengan dalih pergi berjihad.
Hal inilah yang ingin dicegah oleh pemerintah Indonesia, khususnya menanamkan cinta tanah air sejak dini pada masyarakat. Menhan percaya, jika rasa cinta itu dipupuk sejak dini, maka masyarakat tak mudah dihasut pihak lain. Salah satunya yang digadang-gadang sebagai program pemupukan cinta tanah air adalah bela negara.
"Makanya, cuci otak harus dilawan dengan bagaimana mencintai dan rela berkorban pada negara," imbuhnya.