News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Spirit Konferensi Asia Afrika Bisa Menjadi Pondasi Membangun Perekonomian ASEAN

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soekarno tiba di Jalan Asia Afrika, Bandung saat Konferensi Asia Afrika digelar tahun 1955

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), telah menetapkan arsip Konferensi Asia Afrika di Bandung itu sebagai Warisan Ingatan Dunia atau Memory of World, Kamis (8/10/2015) lalu.

Duta Arsip Indonesia yang juga politisi PDI Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka mengaku salut perjuangan bapak-bapak bangsa dan para negarawan yang menyelenggarakan dan mengikuti acara di Bandung itu.

"Saat itu tentu transportasi, komunikasi susah. Mereka datang bukan mau kerjasama ekonomi, tapi menyebarkan keinginan memerdekakan segala bentuk penjajahan, membebaskan, penindasan dari satu bangsa ke bangsa lainnya," katanya saat temu media Arsip Konferensi Asia Afrika Diakui UNESCO Jadi Warisan Dunia di Jakarta belum lama ini.

Dikatakannya, ditetapkan arsip KAA sebagai Warisan Ingatan Dunia bisa menjadi jalan agar berbagai isu global seperti perdagangan manusia, HIV/AIDS harus dikembalikan ke spirit KAA yang menghasilkan Dasa Sila Bandung.

"Bagi masyarakat ASEAN akan memasuki perdagangan bebas, harus meletakkan pondasi KAA dalam membangun perekonomian. Spiritnya membangun kesejahtraan rakyat, dalam satu persaudaraan,' katanya.

KAA memiliki nilai pembelajaran bagi pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat agar bisa bercermin dari masa lalu, menyerap spirit para negarawan saat itu. "Mereka mengambil keputusan politik yang betul-betul memayungi semua kepentingan,” kata Rieke.

Di tempat yang sama, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wardiman Djoyonegoro mengatakan, tidak cepat agar bisa mendapatkan pengakuan ini.

Butuh perjuangan komponen bangsa, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) maupun pihak-pihak lain sampai akhirnya bisa mengumpulkan 565 lembar arsip foto, 7 reel arsip film, dan 37 berkas arsip tekstual setebal 1778 lembar menjadi saksi sejarah KAA di Bandung, 18-24 April 1955.

Arsip terdiri dari potret para delegasi, notulensi rapat, rekaman pidato, hingga surat menyurat, terdokumentasi dengan baik dalam koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

"Apalagi UNESCO menyaratkan berbagai hal, seperti arsip, baik bentuk tulisan, film tidak hanya disimpan dengan baik, juga ada kajian ilmiahnya sebelum didaftarkan sebagai Warisan Ingatan Dunia," kata Wardiman, salah satu orang paling sibuk untuk urusan ini.

"Kita sangat beruntung di kantor ANRI sudah rapi simpan arsip dan filmnya, tapi untuk melengkapinya kami harus mengirim orang negara yang menjadi pencetus KAA, yakni India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) mencari dokumen-dokumen tentang KAA yang ada di sana," katanya saat
Mengetahui rencana Indonesia itu, negara-negara tersebut memberikan dukungan penuh untuk pengajuan Warisan Ingatan Dunia ini sehingga segara dapat diselesaikan.

"Masalah tidak berhenti di sini, Unesco menyaratkan adanya kajian ilmiah. Kita menemukan kajian ilmiah yang dilakukan peneliti di Singapura tentang KAA, kajian dilakukan tahun 2005 sehingga bisa memenuhi syarat diajukan," katanya.

Al Busyra Basnur, Direktur Diplomasi Publik Kementrian Luar Negeri Indonesia mengatakan, diakuinya arsip KAA Bandung yang menghasilkan Dasa Sila Bandung merupakan penegasan konkret, pengakuan lembaga dunia terhadap peran Indonesia saat itu.

"Penerimaan arsip KAA oleh Unesco mendorong bangsa Indonesia berperan luas dipanggung internasional sesuai semangat asia Afrika," kata Busyra.

Penerimaan ini mendorong generasi muda pelajar mahasiswa lebih bisa menghargai masa lalu apa yang sudah dilakukan dan Indonesia memiliki pemikir bangsa yang sangat hebat.

"Pengakuan harus digaungkan tidak hanya di kancah dunia internasional di daerah, provinsi kabupaten desa karena masih belum banyak yang paham," katanya.

Seiring pengakuan arsip KAA ini akan membuat website untuk masyarakat yang akan diconnecting ke ANRI, bahkan arsip internasional sebagai bagian arsip politik internasional.

"ANRI akan mendorong membuat kajian ilmih, melakukan seminar tentang KAA itu, dari aspek ekonomi serta sosialisasikan kepada masyarakat agar generasi muda tahu KAA," kata Mustari Irawan, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini