News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kasus Pelindo II

Tidak Lagi Jadi Dirut Pelindo II RJ Lino Sibuk Momong Cucu

Penulis: Valdy Arief
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Dirut Pelindo II RJ Lino meninggalkan Gedung Bareskrim usai menjalani pemeriksaan di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Rabu (6/1/2015). RJ Lino kembali diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan mobil crane di Pelindo II tahun 2013. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengacara mantan Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino, Maqdir Ismail menceritakan aktivitas sehari-hari kliennya setelah tidak lagi menjabat sebagai bos BUMN pelabuhan.

Menurut Maqdir, waktu Lino kini sebagian besar dihabiskan dengan bermain bersama cucu-cucunya pada kediamannya di Pejaten, Jakarta Selatan.

Selain bermain dengan para cucunya, Lino juga mengulas kembali semua hasil pekerjaan di pelabuhan.

"Pak Lino bekerja di pelabuhan tidak hanya pada PT Pelindo II, sebelumnya juga pernah di luar negeri," kata Maqdir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (11/1/2016).

Diketahui sebelum mulai bekerja menjadi Dirut PT Pelindo II pada 2009, Lino pernah memimpin Pelabuhan Guigang, Guangxi, Tiongkok.

Lino, sebut Maqdir, juga lebih memfokuskan diri pada usaha-usaha yang dia miliki, namun pengacara itu tidak menyebut usaha apa saja yang dimiliki kliennya.

Setelah menjadi tersangka pada dugaan korupsi pengadaan quay container crane pada 2009, Dewan Komisaris PT Pelindo II memberhentikan Lino sebagai direktur utama.

Terkait status hukumnya, RJ Lino mengajukan permohonan praperadilan atas status tersangkanya pada Senin (28/12/2015), melalui pengacaranya Maqdir Ismail.

Permohonan tersebut dilayangkan setelah mantan Bos PT Pelindo II, ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (18/11/2015) silam.

KPK menilai ada tindak pidana korupsi dalam pengadaan tiga unit quay container crane di PT Pelindo II pada 2010.

Lino yang memimpin PT Pelindo II saat itu, diduga melakukan penyalahgunaan wewenang karena menujuk langsung perusahaan asal Tiongkok, Huadong Heavy Machinery Co, tanpa mekanisme lelang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini