TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar menepis adanya dugaan bahwa organisasi masyarakat (ormas) itu menerapkan ajaran islam yang berbeda.
"Seperti di dalam website-nya, ketua Gafatar bilang kalau Gafatar bukan organisasi keagamaan," ujar staf ahli informasi dan komunikasi Gafatar DIY Ilana Aninditya (23) kepada Kompas.com, Rabu (13/1/2016).
Menurutnya, Gafatar tidak mengurusi dan memaksa anggotanya terkait ajaran agama yang dijalankan.
Sebab, ia menganggap agama merupakan hal yang amat pribadi.
"Kalau ada yang shalat atau enggak, itu kan keputusan pribadi. Itu level personal manusia, bagaimana dia menjalankan ibadahnya rajin atau enggak," ucap dia.
Ilana menambahkan, saat masih beroperasi, Gafatar tidak memandang sisi agama saat melakukan perekrutan tiap anggotanya.
"Siapa yang mau masuk, Islam atau Kristen juga enggak ada hubungannya," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Gafatar diduga sebagai wujud baru dari organisasi yang sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia, yaitu Al Qiyadah Islamiyah.
Dugaan ini muncul setelah MUI menemukan fakta bahwa Moshaddeq yang merupakan Ketua Umum aliran Al Qiyadah Islamiyah tercatat dalam organisasi Gafatar selaku pembina.
Penulis : Dian Ardiahanni