TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta setiap warga negara mengawasi setiap anggota keluarganya menyusul maraknya aksi radikal di berbagai wilayah Indonesia.
Ketua Komisi Dakwah MUI, Cholil Nafis, mengatakan proses rekruitmen masuk ke dalam kelompok radikal akan terjadi dan penyesalan terjadi kemudian.
"Hendaklah masyarakat memperkuat ketahanan keluarga dan soliditas dalam keluarga," ujar Cholil kepada Tribun, Jumat (15/1/2016).
Bagi orang tua dia berpesan agar melakukan kontrol terhadap anak-anaknya tentang ajaran dan kajian yang diikutinya.
"Hendaklah antar anggota keluarga saling peduli kepada famili yang lain. Jika ada tingkah yang aneh segera dicarikan solusinya dengan cara mendekatkannya kepada para ulama," dia berpesan.
Selain itu dia juga menekankan setiap masyarakat harus paham tentang tujuan beragama itu untuk menegakan kebenaran bukan buat onar.
"Beragama itu untuk menjadikan diri berkhlak mulia, menjadikan diri yang baik dan ingin berbuat baik kepada orang lain," jelasnya.
Karena itu, dia tegaskan, jika ajaran agama mengajarkan hal-hal yang menyakiti apalagi membunuh orang maka pasti bukan ajaran agama.
Senada dengan itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pihak keluarga untuk mengawasi setiap anggota keluarganya.
"Kami ingin ada langkah preventif dari diri kita masing-masing. Yang paling kecil adalah dari keluarga, jangan sampai anak-anak muda belajar agama dari internet," kata Lukman di Mesjid Agung Medan, Jumat (15/1/2016)
Untuk itu kata Lukman, orangtua harus memperketat pengawasan terhadap anak-anak mereka. Dikarenakan keluarga adalah unsur terpenting dalam membentuk karakter individu.
"Tentu tidak cukup karena belajar agama itu dari internet, belajar itu harus dari ahlinya, kepada institusi atau ormas ternama atau kepada ulama-ulama atau kyai-kyai,"
kata Lukman.