TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tim gabungan telah mengidentifikasi tujuh korban meninggal dunia saat terjadi insiden ledakan bom dan penembakan di sekitar pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (16/1/2016).
Setelah dilakukan identifikasi, mereka yaitu, empat terduga pelaku, satu orang belum dapat dipastikan pelaku atau korban karena sedang didalami oleh aparat kepolisian, dan dua orang warga sipil.
Empat terduga pelaku, yaitu Dian Juni Kurniadi, Afif alias Sunakim, Mohammad Ali, dan Ahmad Muhazan Bin Saron.
Sugito belum dapat dipastikan pelaku atau korban. Dua orang korban warga sipil, yaitu Rico Hermawan dan Amer Auali Taher WNA Kanada.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Musyafak, mengatakan para korban itu ditemukan di tiga tempat, yaitu tempat pertama di Pos Polisi Sarinah, tempat kedua di halaman depan Starbucks, dan tempat ketiga di dalam Starbucks.
“Di Pos Polisi Sarinah ada tiga korban. Korban kode oo1 teridentifikasi Rico Hermawan. Korban 002 Sugito, dan korban 003 Dian Joni Kurniadi. Tiga korban di sebelah pos polisi,” tutur Musyafak di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (16/1/2016).
Lalu, tempat kedua ada di halaman Starbucks. Ada tiga korban, korban 006 Mohammad Ali, korban 004 Afif alias Sunakim, dan korban 005 atas nama Amer Auali Taher, WNA Kanada.
“Korban terakhir ada di dalam Starbuck. Korban 007 Ahmad Muhazan Bin Saron. Kondisi perut sama dada koyak karena dekat dan mepet dengan pusat ledakan,” kata dia.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Mohammad Iqbal, mengatakan sebanyak tujuh orang tersebut, sampai saat ini, baru empat orang yang disinyalir sebagai terduga pelaku.
Mereka yaitu, Dian Juni Kurniadi, Afif alias Sunakim, Mohammad Ali, dan Ahmad Muhazan bin Saron.
Sementara itu, Rico Hermawan dan Amer Auali Taher WNA Kanada merupakan korban. Sedangkan, Sugito belum dapat dipastikan.
“Sugito masih didalami ada jaringan persis nama, tetapi kami menerima keterangan dia sipil. S (Sugito,-red) di sana jalan berdua dengan D diduga pelaku. Kami punya data jaringan, tetapi novum (alat bukti baru,-red) yang patut dipercaya didalami dan dipastikan apakah S sipil apa jaringan,” kata Iqbal.