Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim unit II Subdit Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menangkap 12 pelaku pembajakan akun BBM. Para pelaku ditangkap di Palopo, Sulawesi Selatan.
Kanit II Jatanras Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Komisaris Jerry R Siagian mengatakan pembajak BBM terbagi dalam tiga kelompok. Ketiga kelompok ditangkap pada hari berbeda.
Kelompok pertama ditangkap pada Jumat (15/1), kelompok kedua pada Sabtu (16/1) dan kelompok tiga pada Minggu (17/1). Mereka semua dibekuk di Palopo.
"Mereka memainkan link atau website berisi konten pornografi. Mereka memasukan konten yang menarik korban. Korban memasukkan email dan password sesuai instruksi website yang telah dihacker itu," ujar Jerry
Dia menjelaskan, pembajakan tersebut dilakukan ketika korban mau mendownload konten pornografi. Sebelum diputar film itu, korban diarahkan untuk memasukan email dan passwordnya.
Para pelaku memanfaatkan korban. Setelah mendapatkan surat elektronik atau email dan password mereka dwonload akun BBM baru dan membuat ID blackberry menggunakan email dan password korban.
"Mereka memanfaatkan kontak BBM tersebut untuk meminta pulsa atau sesuai keinginan jahatnya," kata dia.
Meskipun satu kelompok, para pelaku memiliki link berbeda. Pelaku bisa memiliki lebih dari satu link untuk menggaet korban. Ada pelaku tak memiliki link, namun, menunggu email dan password dari korban.
Kelompok pertama ada tiga orang, masing-masing atas nama Aris, Mutmain dan Al-ghozali. Aris memiliki tiga link, Mutmain satu link dan Al-ghozali memiliki tiga link. Kelompok dua dan tiga memiliki satu link.
Kelompok kedua empat orang. Masing-masing Nurkholis, Adrian S, Irsan dan Iqbal. Kelompok tiga berjumlah tujuh orang. Masing-masing atas nama Juslan, Talib, dayat, Murwan, Arjun, Askian, dan Rafly.
"Kelompok ini kelompok terbesar, tetapi kami mengembangkan semua kelompok yang ditangkap. Dalam promosi link itu kepada korban, mereka menampilkan dan mempromosikan informasi terbaru. Korban tergiur dengan informasi terbaru," tambahnya.