TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana ikut dalam pembinaan kembali bekas anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Menurut Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Utang Ranuwijaya, pembinaan rencananya berfokus pada orang yang terlanjur ikut organisasi itu atau dia sebut sebagai korban.
"Konsen MUI adalah pembinaan teurutama pada para korban," kata Utang di Kejaksaan Agung, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Sedangkan Pimpinan Gafatar, yang disebut Utang sebagai pelaku, dianggap sudah sulit untuk dibina.
Para bekas pengikut Gafatar itu, jelas Utang, akan diminta mengucapkan ulang dua kalimat syahadah dan diminta mengaku telah bertaubat.
"Mereka yang kembali ke pangkuan kita, yang disebut dengan ruju' ilallah," katanya.
Terkait berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membina bekas pengikut Gafatar, Utang tidak dapat memprediksikan.
Dia menyatakan proses pembinaan akan berbeda-beda pada setiap orang.
Gafatar mulai mendapat sorotan publik setelah dikaitkan sebagai penyebab hilangnya sejumlah orang. Termasuk dokter Rica Tri Handayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono yang hilang dari keluarganya di Yogyakarta, kemudian ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.