TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) bukan perkara mudah meskipun di tahun 2019 mendatang. Harus growth 20 persen per tahun, di tengah pertumbuhan ekonomi nasional hanya 5 persen.
"Inilah yang sering kami bilang, dibutuhkan cara yang tidak biasa untuk hasil yang luar biasa," jelas Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta.
Setidaknya, dari sektor ketenaga kerjaan yang punya skil, butuh sekitar 805.000 Sumber Daya Manusia (SDM) yang ready menyambut wisatawan masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan menambah dua politeknik Pariwisata di bawah Kemenpar.
"Lulusan sekolah-sekolah kami langsung terserap di pasar, malah kurang, jumlah lulusannya. STP Bandung 40 persen bekerja di luar negeri," kata Arief Yahya yang ke depan lebih banyak lagi lulusan sekolah pariwisata di bursa kerja.
Hal tersebut dijelaskan ulang oleh Deputi Kelembagaan Kemenpar, Ahman Sya. Pria asal Ciamis itu mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan SDM yang ada dan benar-benar siap, membuka dua Politeknik merupakan hal yang sangat penting.
”Penerimaannya sudah dimulai dari tahun ini, kami berencana membuka politeknik di Palembang dan di Lombok, karena jika kita hanya menggunakan lulusan dari Politeknik Kemenpar saja, kita hanya punya jebolan 800 orang,” ujar pria yang pernah menjadi dosen di Universitas Negeri Jakarta itu.
Saat ini, Kemenpar memiliki empat politeknik Pariwisata di lingkungan Kemenpar. Polteknik itu adalah STP Bandung, STP Nusa Dua Bali, Politeknik Medan dan Politeknik Pariwisata Makassar.
”Dengan penambahan dua Politeknik lagi, maka kebutuhan SDM Pariwisata hasil pendidikan Kemenpar akan semakin banyak dan mencukupi,”kata Ahman. Kemenpar juga tidak main-main dalam mempersiapkan Politeknik tersebut.
Hal serius dilakukan oleh Kemenpar dari berbagai aspek. Imbasnya, kementerian di bawah leader Arief Yahya itu sukses meraih penghargaan international di bidang pendidikan Pariwisata.
”Politeknik kami yang ada saat ini juga terbaik di ASEAN,” ujar Ahman. Penilaian terbaiknya bisa dibuktikan melalui sebuah penghargaan interational. Ya, ketiga Politeknik di Indonesia mendapatkan penghargaan terakreditasi oleh Tourism Education Quality dari United Nation World Tourism Organization (UN-TWO).
Dijelaskan Ahman, tidak mudah mendapatkan akreditasi tersebut, karena butuh proses panjang dan penilaian yang dalam.
”Ada tiga unsur penilaian, kualitas, efisiensi dan relevansi. Kualitas penyelenggaraan pendidikan, efisiensi apakah cukup untuk membutuhi lapangan, relevansi apakah apa yang diajarkan sesuai dengan di lapangan. Nah, Politeknik yang dimiliki Kemenpar sudah memenuhi target itu semua,” ujarnya.
Asal tahu saja, seluruh lulusan Politeknik dan STP Bandung semuanya 100 persen diserap dan menjadi tenaga kerja di Indonesia.
”Sedangkan STP di Bandung, 40 persennya berhasil bekerja di luar negri. Kami akan terus berusaha menciptakan SDM-SDM yang layak untuk Pariwisata Indonesia dan berusaha selalu menjadi yang terbaik dalam aspek menciptakan SDM,”ujarnya.