Namun, perlahan tapi pasti, para ODHA dapat membuka diri dan menerima hal itu.
"Yang penting berbuat baik, orang mau ngomong apa di luar, saya tidak masalah. Mereka belum tentu melakukan apa yang saya lakukan," kata Vino.
Vinolia yang pernah menolak pemberian gelar doctor honoris causa dari universitas ternama di Yogya mengatakan banyak orang yang menilai jelek perilaku hidup waria.
Tidak jarang, dia harus diikuti beberapa orang selama 24 jam penuh untuk melihat hidup dirinya selama menjadi pendamping ODHA.
Jika ada yang dilakukan Vino tidak baik, maka dipastikan akan dihujat banyak orang.
Sebaliknya, dia justru mendapatkan kehormatan untuk menjadi pembicara mengenai HIV Aids di beberapa negara seperti Australia, Kanada, dan negara-negara di Eropa.
"Saya hanya ingin membuktikan kalau saya bisa berguna bagi Yogyakarta meski saya waria," jelasnya.
Vinolia Wakijo menyayangkan kondisi isu LGBT saat ini yang terlalu besar dan seakan menyudutkan dirinya.
Dia juga menyayangkan sikap kelompok LGBT yang menginginkan kebebasan di Indonesia.
Menurutnya, kelompok LGBT seharusnya dapat menerima kondisi mereka di Indonesia dan menyarankan untuk tetap berbuat baik, ketimbang mengharapkan hal yang sangat sulit terjadi.
"Berbuat baik saja. Apapun itu, yang penting jangan sampai kaum LGBT ini dilecehkan lebih jauh lagi," katanya.
Dia juga berharap agar masyarakat tidak mengucilkan dan menutup ruang untuk berteman dengan kelompok LGBT.
Menurutnya hal itu yang akan membuat kaum LGBT melakukan perlawanan.
"Toh kita semua sama di mata Tuhan, dosa atau pahala, biar Tuhan yang urus. Toh yang terpenting ibadah, bukan menilai orang benar atau salah," kata Mami Vino.