News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bulan ini Waspadai Banjir, Longsor dan Puting Beliung

Penulis: Achmad Subechi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi mengantar seorang anak sekolah menuju dermaga perahu saat banjir menggenangi Kampung Cieunteung, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (24/2/2016). Luapan Sungai Citarum dan anak sungainya kembali melumpuhkan sejumlah desa di empat Kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung. TRIBUN JABAR/Bukbis Candra Ismet Bey

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Hingga berita ini diturunkan Jumat (26/2) pukul 01.28, hujan lebat diwarnai petir yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak Kamis (25/2) sore,  masih belum reda. Termasuk di wilayah Tangerang Selatan. Kendati begitu, ruas jalan tol menuju Serpong dilaporkan normal dan tidak terjadi genangan cukup berarti.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), antara Januari-Februari merupakan puncak musim hujan, sehingga bencana banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi. Pengaruh El Nino telah menyebabkan anomali. Selama Januari tebal hujan lebih rendah dan sebaran hujan tidak merata.

Diprediksikan intensitas hujan pada bulan Februari akan tinggi hingga sangat tinggi, khususnya berpeluang terjadi di sebagian Sumbar, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, seluruh Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sultra, Papua dan Papua Barat.

Ancaman banjir, longsor dan puting beliung berpotensi sangat tinggi. Bukan berarti daerah-daerah lain sudah aman. Ancaman juga tetap tinggi, meskipun hujan lokal akan lebih berperan yang menyebabkan bencana.

Sesuai dengan data sejarah kebencanaan di Indonesia, 96 persen bencana adalah bencana hidrometerorologi yaitu bencana yang disebabkan pengaruh cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung, cuaca ektrem, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan.

Banjir, longsor dan puting beliung adalah jenis bencana yang paling dominan. Trend kejadian ketiga jenis bencana tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dampak perubahan iklim global secara siginifikan telah merubah pola curah hujan, baik pada perubahan intensitas, durasi dan tebal hujan. Saat ini frekuensi hujan dengan intensitas tinggi semakin sering terjadi. Hal ini disebabkan volume awan-awan orografik telah bertambah besar sehingga uap air yang dikandung oleh awan-awan tersebut semakin besar juga.

Meningkatnya suhu di atmosfer telah menyebabkan puncak-puncak awan orografik, khususnya awan cumolonimbus telah makin tinggi sehingga energi yang ada dalam awan tersebut bertambah besar. Makin tinggi intensitas hujan, maka daya pukul terhadap permukaan tanah juga makin besar. Daya tampung dan daya dukung lingkungan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan secara bersamaan sehingga banjir mempengaruhi kecepatan penanganan bencana.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini