TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna mengatakan sikap Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Marwan Jafar terhadap perusahaan penerbangan milik negara, Garuda Indonesia tidak menggambarkan sama sekali adanya revolusi mental di jajaran kabinet Jokowi.
“Dia marah-marah karena kesalahan dia sendiri yang telat datang ke Bandara dan tambah marah-marah ketika ternyata pesawat berikutnya telat. Ini seharusnya tidak dia lakukan karena sebagai menteri dia harus menunjukkan sikap yang justru membumi dan tidak sok kuasa seperti pejabat-pejabat zaman dulu. Slogan revolusi mental Jokowi, jelas telah dilanggar oleh pembantunyanya sendiri,” ujar Budyatna di Jakarta, Jumat (26/2/2016).
Dijelaskan, Jokowi dipilih oleh masyarakat karena citranya yang merakyat sehingga jika ada pembantunya yang bersikap seperti raja, tentunya hal ini tidak akan diterima oleh masyarakat.
”Lah bosnya saja untuk jadi presiden harus masuk gorong-gorong biar disukai rakyat dan akhirnya menang dalam pilpres, masak anak buahnya justru bersikap seperti raja. Bosnya saja merakyat, tapi yang jadi pembantu malah merasa jadi raja,” katanya.
Budyatna sendiri menyindir sikap Marwan sama seperti nama kementerian yang dipimpinnya.
“Dia itu seorang menteri, harusnya bisa mencerminkan dirinya seperti seorang negarawan. Kalau sikapnya seperti ini yah persis sama dengan nama lembaga yang dipimpinnya. Marwan jelas ndeso dan tertinggal,” ujarnya.
Marwan seharusnya tahu, bahwa dimanapun di dunia ini, yang namanya pesawat komersil kalau kita telat maka kita pasti ditinggal karena pesawat komersil punya jadwal yang ketat dan kalau ada kendala pasti ada penundaan dan penumpang harus menunggu.
”Ini menterinya seperti tidak pernah naik pesawat. Yah memang begitu di dunia penerbangan, kita telat kita ditinggal, pesawat telat kita disuruh menunggu,” ujarnya.
Dia pun menilai janggal seorang menteri bisa lebih membanggakan perusahaan penerbangan milik swasta daripada yang dimiliki negara.
”Dia itu anggota kabinet, kok yah menjelek-jelekkan Garuda Indonesia yang milik negara dan lebih membanggakan milik pengusaha swasta," ujar Guru Besar FISIP UI ini.
Menurutnya, motif pernyataan Marwan ini jelas sangat politis dan ekonomis. Dia pun mensinyalir ada motif tersembunyi dibalik pernyataan Marwan karena bagaimanapun selama ini masyarakat mengetahui pemilik Lion Air, Rusdy Kirana adalah mantan wakil ketua umum PKB.
”Masyarakat tahu lah siapa Rusdy Kirana dan hubungannya dengan PKB, partai tempat Marwan bernaung. Saya meminta agar Jokowi memasukkan nama Marwan dalam daftar menteri yang harus direshuffle dari kabinet,” katanya.
Sebelumnya melalui akun twitternya,@pramonoanung, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyindir Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Marwan Jafar yang mengeluhkan pelayanan maskapai Garuda Indonesia.
Dalam cuitannya, Pramono mengecam sikap Marwan dan justru membela Garuda Indonesia dengan menuliskan tanda tagar (#) Garudaku.
"Hari gini koq masih ada pejabat yg minta dilayani berlebihan, sudah ngga jamannya. Kalau terlambat ya ditinggal saja #Garudaku," tulis dalam akun twitter @pramonoanung, Kamis kemarin.
Hal ini terkait sikap Marwan yang marah-marah di depan peserta seminar nasional "Peta Desa untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan," di University Club UGM, Yogyakarta, Rabu (24/2) lalu.
Marwan pun menceritakan bahwa dirinya ditinggal oleh Garuda Indonesia yang berangkat pukul 08.00 WIB menuju Yogyakarta, karena telah datang ke Bandara.
Dia pun kemudian mengambil penerbangan pukul 10.00 WIB, namun pesawat tersebut terlambat atau delay dan baru diterbangkan pukul 11.30 WIB.
"Kalau kita ketinggalan dua sampai tiga menit saja sudah ditinggal, tapi kalau delay bisa dua sampai tiga jam kita tidak dapat apa-apa," ujar Marwan.
Dia mengkritisi maskapai Garuda Indonesia yang disebutnya sangat berantakan. Apalagi sepanjang sejarah sudah lama sekali BUMN tersebut tidak mengalami untung.
"Saya 10 tahun di Komisi V tidak ada sejarah Garuda untung, merugi terus," ujar Marwan.
Ia menilai Garuda Indonesia adalah sebuah ironi karena di saat Presiden Jokowi menggenjot reformasi secara cepat, namun di sisi lain ada yang lambat seperti dialami Garuda.
Menurut Marwan, selama ini Garuda Indonesia diproteksi negara sementara maskapai lain seperti dianaktirikan.
Dia pun menceritakan betapa Lion Air yang berencana membangun bandara di Lebak Banten justru dipersulit, padahal semua sudah dipermudah tanpa harus mencari investor.
Selain itu pembangunan bandara di Lebak akan mempercepat pembangunan di daerah tersebut yang masih tertinggal.
"Ganti Direktur Garuda Indonesia. Garudanya bobrok," ujar Marwan sambil menegaskan tidak takut untuk menyuarakan kebaikan. "Saya ini orang pesisir kalau ngomong apa adanya," ujar menteri asal Pati, Jawa Tengah tersebut.