BELASAN anggota Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Komando Armada Barat (Koarmabar) mendadak muncul di tengah ibukota Jakarta.
Di ujung Jalan Majapahit mereka sudah bersiaga.
Namun, kehadiran pasukan Kopaska di Jakarta bukan karena kondisi genting ataupun misi-misi yang lain.
Mereka diperintahkan untuk masuk ke dalam gorong-gorong, melakukan pengecekan di saluran air sekitar Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara.
Saat tengah bersiap para pasukan tersebut terlihat gagah dengan pakaian selam lengkap berwarna gelap. Aksi Pasukan elit Angkatan Laut itu pun dimulai.
Tepat pukul 08.30 WIB diawali dengan mendengar pengarahan langsung dari Komandan Detasemen IV Satuan Kopaska Koarmabar, Kapten Pelaut Edy Tirtayasa, tepat di mulut gorong-gorong saluran PHB Abdul Muis.
Selanjutnya, dengan menggunakan alat selam, penyelaman pun dilakukan untuk mencari tahu kondisi saluran air dan tebalnya endapan lumpur yang diduga mengisi saluran air.
Kapten Pelaut Edy Tirtayasa mengatakan, pihaknya menerjunkan sebanyak 12 orang Pasukan Katak yang diterjunkan dalam misi pengintaian saluran air yang berada di Saluran Penghubung (PHB) Abdul Muis hingga depan Istana Negara.
Dia menjelaskan, selain membawa perangkat selam lengkap, anggotanya telah dilengkapi dengan alat navigasi dan lampu penerang serta kamera bawah air.
"Selain itu anggota kami juga melengkapi peralatan proteksi (belati-red) karena kita tidak tahu di bawah ini ada apa saja, apakah ada binatang yang membahayakan atau tidak. Karena ini kan sudah sangat lama," ucapnya.
Hingga pukul 09.20 WIB, penyelaman di kali penghubung Abdul Muis masih dilakukan.
Terlihat beberapa anggota pasukan katak yang masih mengenakan pakaian selam lengkap keluar dari dalam gorong-gorong dan memberikan laporan terkait kondisi di dalam saluran.
"Sejauh ini belum ditemukan itu (kulit kabel), anggota melaporkan bila gorong-gorong terbagi menjadi tiga arah, satu ke arah Monas sedangkan dua lainnya menuju Istana. Ketiganya tersumbat lumpur padat, tidak bisa dilalui anggota," jelasnya.
Tidak cukup hanya melakukan penyisiran, anggota Kopaska juga turut membantu membersihkan endapan lumpur.
Bersatu padu dengan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat serta Satgas Sudin Tata Air Jakarta Pusat.
Edy menanggapi kondisi demikian bukan dilatarbelakangi situasi yang darurat. Karena untuk menyisir saluran gorong-gorong dengan jarak agak panjang, menurutnya memang dibutuhkan keahlian khusus, baik menyangkut pengendalian kondisi medan maupun peralatan.
"Permohonan bantuan tersebut, karena Kopaska memiliki kemampuan menggunakan alat-alat penyelaman yang memadai. Kami hanya diperintahkan menyusuri saluran air saja," ujarnyanya.
Bersihkan Lumpur
Usai dilakukan pemetaan oleh Kopaska, pengurasan saluran air kemudian diserahkan kepada Pemkot Jakarta Pusat.
Tahapan dalam pengurasan saluran air tersebut diungkapkan, Kasudin Tata Air Jakarta Pusat, Dicky Suherlan dilakukan dengan metode pengikisan lumpur padat menggunakan mesin pompa milik Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat.
Sebanyak enam unit armada diterjunkan untuk memompa air di Saluran Penghubung (PHB) Abdul Muis dan menembakkan air ke titik sumbatan.
Selanjutnya, usai endapan lumpur diketahui luntur dan mulai mengalir, selang-selang panjang dijejali dalam saluran air untuk menyedot lumpur luar saluran.
Langkah yang dilakukan pihaknya dibantu petugas Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat serta PPSU yang berasal dari Kecamatan Gambir pun berhasil mengumpulkan sebanyak 20 karung lumpur.
"Jadi lumpur itu sudah puluhan tahun, mengendap sampai mengeras karena air nggak masuk. Lumpur sudah keras kayak batu, jadi tekniknya terus diulang, disemprot terus disedot, begitu terus sampai bersih," ujarnya.
Namun, walau proses pengurasan telah berjalan selama lebih dari 8 jam, terhitung sejak pukul 13.00 WIB, sumbatan yang berhasil dibuka diperkirakan hanya sekitar 20 meter.
Padahal, panjang tiga buah gorong-gorong yang melintang di Jalan Majapahit, ke arah Istana Negara dan Jalan Medan Merdeka Utara mengarah Monas mencapai sekitar 500 meter.
"Jadi kita masih fokuskan di saluran ini, karena kan ini ring satu, jangan sampai ada genangan atau banjir. Citra kita (Indonesia-red) dilihat bangsa lain ya dari kawasan ini," katanya. (warta kota/dwi)