TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Teguh Juwarno memberikan tanggapannya mengenai kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke proyek pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional Hambalang di Bogor, Jawa Barat, yang terbengkalai sejak era Presiden SBY.
Menurut Teguh, kunjungan Jokowi ke proyek Hambalang dimaksudkan untuk mengkritik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Teguh mengibaratkan sikap Jokowi selama di Hambalang seperti yang dilakukan Presiden RI tersebut saat menyindir Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR dengan mengumpulkan para pelawak di Istana.
Saat itu, MKD tengah menyidangkan kasus 'Papa Minta Saham' yang diduga melibatkan Politikus Golkar Setya Novanto.
"Presiden Jokowi ini memiliki pola komunikasi High Contact. Maka tindakan Jokowi Ke Hambalang memang untuk menjawab kritik SBY yang cukup gencar dalam road show-nya," kata Teguh melalui pesan singkat, Jumat (18/3/2016).
Kritikkan Presiden Joko Widodo dinilai langsung ditujukan kepaka Presiden ke-6 RI yang juga Ketua Umum Demokrat itu.
Apalagi, Proyek Hambalang kerap dikaitkan dengan tokoh-tokoh Demokrat.
"Benar sekali, karena Hambalang peninggalan era SBY yang sangat erat dengan tokoh-tokoh Partai Demokrat," kata Wakil Ketua BKSAP itu.
Teguh mengakui SBY sebagai ketua Umum partai memang harus terus bersikap kritis obyektif terhadap pemerintahan.
"Namun pada diri beliau melekat sebagai mantan Presiden yang diharapkan menjadi Bapak Bangsa," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya bisa mengelengkan kepala setelah melihat langsung kondisi wisma atlet di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor yang saat ini kondisinya terbengkalai.
Selain kondisi bangunan yang telah rusak karena pembangunannya berhenti sejak 2012 lalu, Jokowi juga prihatin dengan banyaknya barang yang hilang akibat dicuri orang.
Usai berkeliling ke beberapa bangunan yang telah berdiri di lahan seluas 33 hektar tersebut, Jokowi hanya menggelengkan kepala untuk mengekspresikan kekecawaannya.
"Saya tadikan hanya gini-gini saja (geleng-geleng kepala), ini juga kenapa kami ingin segera memutuskan karena biaya pengamanan, perawatan, perwatan juga gede banget bulannya, BUMN yang menangani ini sudah mengeluh," katanya.