TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu perombakan kabinet atau reshuffle kembali mencuat beberapa hari terakhir.
Meski belum pasti, isu reshuffle tersebut telah membuat kehebohan tersendiri.
Peneliti senior LIPI, Syamsuddin Haris, membenarkan bahwa adanya wacana reshuffle kerap membuat kehebohan.
Padahal di negara lain adanya isu reshuffle dipandang biasa saja oleh publik.
"Reshuffle dalam kehidupan negara kita menjadi heboh. Padahal di negara lain tidak heboh adanya isu reshuffle," kata Syamsuddin dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/4/2016).
Syamsuddin menuturkan, isu reshuffle menjadi dramatis dan menegangkan pada saat era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Karena pada saat itu calon menteri dipanggil ke Cikeas untuk 'diwawancara'.
"Padahal pada saat era sebelum SBY reshuffle tidak dramatis dan menegangkan," ujarnya.
Padahal menurut Syamsuddin, jika isu reshuffle menjadi kehebohan akan berdampak pada kondisi ekonomi kita.
Makin tinggi kehebohannya isu reshuffle, maka akan tidak baik pada kondisi ekonomi kita.