News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WNI Disandera Abu Sayyaf

Akhirnya, Mereka Pulang

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak buah kapal (ABK) yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf menghadiri upacara serah terima kepada keluarga di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/5/2016). 10 ABK warga Indonesia dibebaskan dari sandera yang dilakukan oleh kelompok militan Abu Sayyaf pada Minggu (1/5/2016) langsung diterbangkan ke Indonesia dan selanjutnya diserah terimakan kepada pihak keluarga. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM -- Sepuluh dari empat belas warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf, akhirnya kembali ke Tanah Air. Wartawan Kompas TV Fristian Griec Humalanggi melaporkan langsung detik-detikĀ  kepulangan sepuluh WNI dari Sulu. Berikut laporannya:

Deru mesin dua helikopter Bell - 412 EP dari kejauhan seketika membuat adrenalin saya memuncak. Kami telah menunggu berjam-jam di hanggar 206 Air Force Base, Zamboanga bersama perwakilan tim negosiator dari Indonesia. Seharusnya dengan helikopter, dari Sulu ke Zamboanga hanya memakan waktu sekitar 45 menit. Informasi mengenai pembebasan mereka telah kami terima sejak malam sebelumnya.

Setelah beberapa jam yang terasa begitu lama, sekitar pukul 16.30 waktu setempat, helikopter pertama yang membawa lima ABK Anand 12 mendarat lebih dulu. Saya dan juru kamera Kompas TV - Dimas Baskoro sontak berlari memasuki landasan.

Sebenarnya kami hanya diizinkan untuk mengambil gambar berjarak beberapa meter dari landasan. Entahlah, rasa bahagia tak terhingga membuat kami berani menerobos untuk berada dekat dengan mereka.

Tak berselang lama, helikopter kedua yang membawa lima ABK lainnya juga mendarat. Saya pun spontan berteriak, "Halo teman-teman . kami dari Indonesia, kita pulang yaaa." Beberapa dari mereka pun tersenyum kepada kami. Saat itu, rasa letih selama dua pekan lebih melaksanakan tugas meliput operasi penyelamatan sandera hilang seketika.

Mereka pun kemudian langsung menjalani pemeriksaan medis untuk memastikan kondisi kesehatan mereka setelah sekitar 35 hari disandera oleh salah satu faksi kelompok Abu Sayyaf, Alhabsy Misaya.

Sembari menunggu hasil pemeriksaan kesehatan, 10 ABK Anand 12 ditempatkan di ruangan khusus. Mereka lalu diminta menceritakan kisah saat disandera Abu Sayyaf di provinsi kepulauan Sulu, basis kuat kelompok Abu Sayyaf.

Saya pun berkesempatan masuk ke ruangan mereka. Rasanya begitu melegakan melihat mereka dalam kondisi baik. Bahkan salah satu ABK Anand 12, Wawan Saputra bercerita bagaimana awalnya Kapal Brahma dan Anand 12 dibajak pada tanggal 25 Maret 2016 lalu.

Saat itu sekitar pukul 16.00 waktu setempat, mereka tengah berada di perairan di sekitar Sabah, Malaysia. Lantas, sejumlah anggota kelompok Abu Sayyaf mendatangi kapal mereka dengan menggunakan speedboat.

"Rasanya waktu itu seperti mimpi, semuanya berlangsung begitu cepat. Sampai detik ini saya tak menyangka kejadian pembajakan di hari itu benar-benar terjadi," ungkapnya kepada saya.

Wawan pun kemudian bercerita, mereka dibawa ke Tawi-Tawi - daratan terdekat dari lokasi pembajakan kapal mereka. Baru keesokan harinya, masih dengan menggunakan speedboat mereka dibawa ke kepulauan Sulu. Saat berada di Sulu, mereka selalu dibawa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melarikan diri dari serangan militer Filipina.

Lebatnya hutan di Sulu membuat mereka tak lagi bisa membedakan siang atau malam. Mereka diminta terus berjalan kaki di dalam hutan serta hanya diberi makan dan minum sekali sehari. Bahkan, mereka kerap hanya meminum air hujan dengan menampungnya dengan kedua telapak tangan jika rasa haus tak lagi tertahankan.

Tidur di dalam hutan - di atas tanah tanpa alas apapun. Para penyandera pun kerap menodongkan senjata dan mengancam akan mengeksekusi mereka jika uang tebusan tak kunjung diberikan. 35 hari yang begitu berat bagi mereka .

"Mbak, kami pulang ke Indonesia malam ini kan? Tak perlu lama-lama di sini kan? Saya rindu keluarga saya," ucapnya pelan sambil berkaca-kaca.

Ya, rindu mereka kepada orang-orang terkasih bisa langsung terobati. Malam itu juga dengan menggunakan pesawat sewa, mereka kembali ke tanah air. Pulang.
[20:37, 5/2/2016] Ade: SIAPA DIBALIK PEMBEBASAN MEREKA?

Pertanyaan ini yang muncul sesaat setelah euforia kebahagian atas pembebasan 10 sandera ABK Anand 12. Termasuk, dari presenter kompastv yang bertugas dalam program "breaking news" pembebasan para sandera kepada saya saat menyampaikan laporan langsung.

'hari bahagia ini . adalah hasil kerja panjang dan melibatkan banyak pihak", itu jawaban saya.

Sebagai jurnalis yang ditugaskan meliput, tugas kami adalah mencari informasi faktual sebanyak mungkin mengenai sejauh mana operasi penyelamatan dilakukan. Selama lebih dari 2 pekan bertugas di Filipina Selatan, tim liputan kompastv terus berkomunikasi dengan Eddy Mulya, Minister Counsellor, Koordinator Fungsi Politik KBRI Manila.

Menurutnya, proses pendekatan kepada anggota kelompok Abu Sayyaf telah dilakukan segera setelah ada permintaan uang tebusan atas 10 ABK Anand 12. Tim dari berbagai elemen: Kementrian luar negeri, Kementrian Pertahanan, Kementrian Koordinator bidang politik, hukum, dan kemanan bersama-sama melakukan pendekatan kepada tokoh dan pemuka agama serta anggota Moro National Liberation Front (MNLF) yang ada di Sulu.

Moro adalah sebutan kuno Spanyol bagi komunitas awal Filipina yang mayoritas Muslim. Nur Misuari, seorang pelajar muslim ketika itu mendirikan kelompok MNLF pada 1969 untuk berjuang memerdekakan diri dan membentuk negara Islam sendiri.

Lantas pada tahun 1991, Abdurajak Janjalani memisahkan diri dan mendirikan kelompok Abu Sayyaf. Meski telah menjadi 2 kelompok yang berbeda, hubungan antara MNLF dan anggota kelompok Abu Sayyaf tetap terjalin.

Atas bantuan MNLF, tim yang ditugaskan untuk menyelamatkan para sandera bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok Abu Sayyaf. Dalam salah satu kesempatan saya berdiskusi dengan Eddy Mulya selama kami berada di Zamboanga,

Ia secara sederhana menggambarkan "logika pendekatan" yang dilakukan: MNLF diibaratkan sebagai "ayah" sedangkan Abu Sayyaf diibaratkan seorang "anak". Perkataan seorang ayah tentu akan didengarkan oleh anaknya. Komunikasi terbuka, proses pembebasan pun berjalan hingga kemudian kita semua bisa melihat "hasilnya" pada 1 mei 2016, 10 ABK Anand 12 dibebaskan dan bisa kembali ke tanah air.

Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pernyataan resminya, Minggu malam kemarin terkait pembebasan 10 ABK Anand 12, di Istana Bogor didampingi oleh Menlu Retno Marsudi, Mensesneg Pratikno, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa pembebasan para sandera adalah hasil kerja sama banyak pihak baik secara formal maupun informal. Tak hanya melalui pemerintah kedua negara atau Government to Government, tetapi melibatkan banyak pihak dan melalui proses yang panjang.

Kini, semua pihak masih harus kembali bekerja keras, bekerja sama untuk membebaskan 4 sandera ABK Kapal Henry dan Christie yang diduga dibajak oleh salah satu faksi milisi Abu Sayyaf, Alden Bagadi saat kedua kapal berlayar di perairan perbatasan Malaysia - Filipina pada 15 April lalu. (KompasTV)

>
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini