TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri sudah mengetahui beredarnya video latihan perang ISIS berdurasi 20 menit di media sosial.
Kadiv Humas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar sangat menyayangkan karena peserta latihan adalah anak-anak Indonesia yang berbahasa Indonesia.
Bahkan ada adegan pembakaran paspor Indonesia oleh anak kecil usia sekitar 8 tahun.
Dalam video itu, anak-anak Indonesia berlatih beladiri dan menembak dengan senapan asli AK47.
Ada juga sosok Abu Faiz al Indunesy yang di Suriah menjadi seorang sniper atau penembak jitu.
Banyak pihak terkejut dan menyayangkan video tersebut.
"Kami sangat menyayangkan dan menyesalkan ada pelibatan anak-anak. Siapapun bisa menjadikan dunia maya sebagai alat propaganda termasuk yang berbau terorisme. Dari Cyber Crime akan diberdayakan, meneliti ini. Video ini jangan dicontoh, tidak patut untuk generasi Indonesia," tegas Boy, Rabu (18/5/2016) di Mabes Polri.
Mantan Kapolda Banten ini melanjutkan atas beredarnya video itu, Polri langsung melakukan koordinasi dengan Kemenkominfo untuk memblokir video tersebut.
Boy menambahkan beredarnya video itu memberikan dampak buruk bagi generasi muda.
Apabila mereka bisa berfikir cerdas maka tidak akan meniru aksi itu.
Tapi jika tidak cerdas bisa saja ada yang terinspirasi dengan video itu.
"Polri hanya bisa mengimbau, mengajak generasi muda tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan nilai hukum," ucapnya.