Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnakri mengaku sempat diundang panitia simposium yang digelar pemerintah, untuk menjadi pembicara.
Belakangan, mantan Pangdam Udayana itu batal menjadi pembicara.
Kiki mengaku saat ditawari menjadi pembicara, ia langsung meminta Term of Refedence (TOR).
Dari bahan yang diberikan panitia itu, ia mengetahui simposium tersebut berat sebelah, karena hanya meletakan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai korban.
"Saya minta TOR-nya diubah, lalu mereka minta TOR versi saya, akhirnya saya berikan," ujar Kiki kepada wartawan di gedung Dewan Dakwah Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (30/5/2016).
TOR yang disampaikan Kiki tidak dierima oleh oleh panitia dan ia pun batal menjadi pembicara.
Kiki juga mengakui, bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berpartisipasi dalam simposium tersebut terlalu mendominasi.
"Panitia didominasi oleh LSM-LSM yang sangat tidak bersahabat dengan kita," terangnya.
Ia bersama sejumlah Purnawirawan TNI AD, dan puluhan Organisasi Masyarakat (Ormas), termasuk ormas agama, akhirnya memutuskan untuk membuat simposium tandingan.
Kata dia simposium yang akan digelar 1-2 Juni nanti bukan untuk menyerang, namun untuk meluruskan.
Yang dibahas simposium pemerontah, adalah peristiwa 1965 dan setelahnya, di mana PKI dan pendukungnya jadi korban.
Padahal sebelumnya PKI melakukan kejahatan yang sama.
"Padahal itu adalah reaksi, sebelumnya ada pembunuhan masal oleh PKI," ujarnya.
Dalam simposium nanti, pihaknya juga mengundang korban-korban peristiwa 1965 yang sempat dituduh sebagai antek PKI, termasuk Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 Bedjo Untung, dan LSM seperti Kontras dan Imparsial.