TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhirnya Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror Komisaris (BNPT) Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri.
Penunjukan itu dinilai karena sejumlah prestasi, kompetensi, serta pengalaman yang dimiliki Tito.
Tito memang memiliki pengalaman matang selama mengabdi di Korps Bhayangkara.
Salah satu kasus yang membuat namanya dikenal publik adalah saat memburu putra bungsu presiden RI kedua Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.
Saat itu Tito masih menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Polisi.
Dilansir dari arsip Harian Kompas pada 4 Desember 2001, Tito memimpin Tim Kobra dengan mengandalkan sejumlah penyidik spesialis, terutama dari unit Harta Benda.
Para penyidik yang menjadi anak buah Tito merupakan para profesional yang telah menempuh pendidikan kejuruan reserse.
Setelah itu, mereka pun mendapat pendidikan bintara lanjutan hingga pendidikan perwira lanjutan yang mengarah pada spesialisasi khusus.
Meski memiliki penyidik spesialis, namun perburuan Tommy tidak berlangsung mudah.
Apalagi, obyek yang dikejar merupakan anak mantan orang nomor satu di Tanah Air.
Penemuan bunker
Dengan menghilangkan rasa sungkan terhadap keluarga besar Soeharto, para penyidik menelusuri sejumlah lokasi yang diduga menjadi lokasi persembunyian Tommy.
Fokus pencarian dilakukan di sekitar Jakarta.
Dikutip dari arsip Harian Kompas pada 15 November 2000, polisi pun mengirim 18 tim untuk melakukan penggerebekan di 18 lokasi pada 14 November 2000.