TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini warga sekitar mengenal Komjen Tito Karnavian sebagai pribadi yang baik dan low profile. Tito pun tak sungkan menyapa lebih dulu tetangga sekitar.
Ardi, salah seorang tetangga Tito mengatakan bahwa Tito telah lama menjadi warga di Ujung Ampera atau komplek yang terkenal dengan sebutan Kavling Polri tersebut.
Namun Ardi hanya tahu bahwa sudah beberapa tahun ini rumah berlantai dua dengan dominasi cat warna putih jarang ditempati Tito dan keluarganya.
Menurut Ardi, Tito kerap bertugas luar kota karena jabatannya di kepolisian. Dan terakhir ketika Tito menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Tito juga tidak menempati rumah pribadinya tersebut.
Termasuk ketika bertugas sebagai Kapolda Metro Jaya, Tito dan keluarga juga tidak menempati rumah itu. "Sudah lama sih, cuma jarang ditempati," ujar Ardi.
Komplek Tito juga bersebelahan persis dengan komplek warga sipil yang dihubungkan dengan jalan komplek yang lebarnya 2,5 meter.
Di samping rumah Tito berdiri TK Khemala Bhayangkari 27. "Sebelah kanan rumah warga biasa, ke arah kiri ke arah Jalam Ampera merupakan komplek Polri," kata Ardi.
Kediaman Tito yang garasinya menghadap lurus ke jalan atau biasa disebut Tusuk Sate itu tidak tampak mencolok.
Sama seperti kebanyakan rumah di komplek tersebut, rumah Tito terdiri dari dua lantai dengan pagar besi lebih dari satu meter.
Meski tidak tahu taksiran harga rumah tersebut, namun menurutnya NJOP tanah dan bangunan di kawasan tempat tinggalnya mencapai Rp 20 juta per meter.
Sebagai perbandingan harga rumah di seberang rumah Tito dengan bentuk yang tidak jauh berbeda, dijual seharga Rp 12 Milyar.
"Saya tidak tahu rumah tersebut dibeli berapa atau harga jualnya kini, namun untuk perbandingan harga rumah di sebrangnya kemarin dijual Rp 12 milyar," katanya.
Tito Tidak Neko-neko
Amran tetangga lainnya yang rumahnya persis di depan Rumah Tito Karnavian setuju jika Tito diangkat menjadi Kapolri.
Menurutnya, Tito bukan pribadi yang arogan dan. Bahkan cenderung low profile.
Meski seorang pejabat kepolisian, selama ini Tito dinilai Amran tidak pernah berperilaku berlebihan.
"Saya setuju saja sih, selama ini tidak pernah neko-neko. Tidak pernah ada pengawalan berlebihan meskipun seorang pejabat di kepolisian," katanya.
Menurutnya selama ini hanya ada dua hingga empat polisi yang selalu berpatroli di depan rumahnya. Ketika keluar rumah, hanya ada satu Voorijder di depan yang mengawal mobil dinas Toyota Land Cruiser milik Tito.
"Bahkan pernah tidak menggunakan pengawal sama sekali," paparnya.
Amran mengaku tidak mengenal dekat dengan Tito. Ia pun juga tak pernah ngobrol dengan polisi yang pernah bertugas di Papua tersebut.
Namun beberapa kali ia pernah berpapasan dengan Tito yang hendak pergi ke kantor. "Paling kalau ketika ketemu di depan rumah, dan pintu kaca mobilnya belum ditutup, ia menyapa dan tersenyum," katanya.
Menurut Amran berdasarkan cerita pegawai di rumah Tito, Jenderal bintang tiga tersebut sangat baik pada pegawainya. Tito tidak pernah terlihat dan terdengar marah. "Katanya tidak pernah marah, dan sering memberi wejangan," cerita Amran. (tribunnews/taufik ismail)