TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pada Senin (4/7/2016) malam, Ambo tampak tertidur sambil menikmati pijatan teman satu "kamar"-nya, Irwan, di kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Baik Ambo maupun Irwan adalah warga yang terdampak penggusuran kawasan pasar ikan.
Mereka kini menempati sebuah gubuk yang sama di kawasan bekas Pasar Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara.
Umur keduanya terpaut cukup jauh. Ambo berumur 60 tahun, sedangkan Irwan berumur 34 tahun.
Pada H-2 Lebaran ini, keduanya meratapi nasib yang sama. Ambo mengatakan bahwa barang-barangnya telah habis terkena penggusuran.
Tak ada sisa apa pun, kecuali beberapa helai pakaian yang bisa dia selamatkan. Ambo berasal dari Sulawesi, sama seperti mayoritas penduduk Pasar Akuarium lainnya.
Sebelum penggusuran kawasan Pasar Ikan, Ambo memang mengadu nasib seorang diri di Jakarta. Istri, anak-anak, dan cucunya ditinggalkan di Sulawesi.
Ambo mengaku pernah ditawari oleh anaknya untuk kembali pulang ke kampung halaman, tetapi tawaran itu dia tolak tanpa alasan yang jelas.
"Di sini sajalah, sudah enak di sini," ujar Ambo saat ditemui Kompas.com di Pasar Akuarium, Senin (4/7/2016).
Ambo akan merayakan Lebaran bersama temannya, Irwan, dan sejumlah eks warga Kampung Akuarium yang masih bertahan di tenda pengungsian.
Sama dengan Ambo, Irwan juga tidak akan pergi ke mana-mana saat Lebaran. Faktor ekonomi mengurungkan niatnya untuk bisa berkumpul bersama keluarganya yang juga berada di Sulawesi.
"Enggak ada uang Bang, mau ke mana? Kalau ada uang kan bisa ke mana-mana, ini uang saja enggak ada," ujar Irwan.
Ambo dan Irwan merupakan nelayan sekaligus penyedia jasa sewa perahu. Kehidupan keduanya bergantung pada laut.
Namun, pekan ini, laut seperti tak bersahabat dengan mereka. Menurut keduanya, cuaca cukup buruk membuat mereka sulit untuk melaut.
Tak hanya itu, setelah penggusuran, turis-turis asing yang biasa ramai menyewa perahu mereka juga tak pernah kelihatan lagi. Hal tersebut membut pendapatan mereka turun drastis.
Meski terpaut umur lebih dari 20 tahun, perawakan Ambo dan Irwan tak jauh berbeda.
Keduanya memiliki tubuh kurus, hitam legam, khas tubuh seorang nelayan pesisir pantai.
Kendati tak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman, Ambo dan Irwan mengaku bersyukur.
"Bersyukur saja Bang, Allah yang atur semua rejeki," ujar Irwan.
Selain Ambo dan Irwan, sejumlah warga Pasar Akuarium masih tampak berada di dalam gubuk dan tenda pengungsian.
Namun, malam ini, sebagian lampu dari dalam gubuk tak lagi hidup. Sebagian warga sudah kembali ke kampung halaman mereka.
Ada pula sebagian warga yang masih bertahan menjadi "manusia perahu".
Penulis: David Oliver Purba