Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menyebutkan Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda di Ciracas, Jakarta Timur adalah salah satu rumah sakit yang menerima vaksin palsu.
Menkes mengumumkannya saat apat kerja dengan Komisi IX DPR RI, di Gedung DPR, Senayan, Kamis (14/7/2016).
Mendengar berita tersebut, puluhan orangtua pasien mendatangi RS yang terletak di Jalan Raya Bogor KM 22, Jakarta Timur itu.
Mereka khawatir anak-anaknya menjadi korban atas peredaran vaksin palsu.
Ike (34), salah satu orangtua pasien, mengaku kaget mendengar berita yang disampaikan Menkes.
Selama ini dirinya membawa sang buah hati KN (5), untuk mendapatkan vaksi seperti BCG, DPT, hingga Hepatitis di RS Harapan Bunda.
"Ini begitu diumumkan makanya pas pulang kerja saya langsung ke sini," kata Ike.
Menurutnya, meski saat ini belum ada keluhan berarti yang dirasakan buah hatinya, namun dirinya mengaku khawatir.
Kedatangannya juga ingin meminta penjelasan dari pihak rumah sakit.
"Kalau memang harus vaksin ulang enggak apa-apa yang penting mau tahu dampaknya saja karena kan udah lama juga," kata warga Cilangkap ini.
Sementara itu, salah seorang staf humas RS Harapan Bunda mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan perihal tersebut.
Dirinya meminta waktu kepada awak media untuk bersabar sebelum berbicara lebih jauh.
"Kami masih berkoordinasi dengan Kemenkes. Nantinya untuk keterangan akan disampaikan oleh orang yang lebih kompeten," kata petugas yang enggan disebutkan namanya.
Sebelumnya Menkes Nila Moeloek mengumumkan 14 rumah sakit pengguna vaksin palsu. Salah satunya adalah RS Harapan Bunda.
Sejak sore tadi hingga malam dini hari, ratusan orang datang untuk meminta penjelasan soal kebenaran hal tersebut.
Dalam data yang dijelaskan Nila, vaksin palsu di RS Harapan Bunda diedarkan lewat tersangka yang juga seorang perawat bernama Irna.
Irna kini sudah ditahan pihak kepolisian, lantaran diduga sebagai penyedia botol untuk pemalsu vaksin.
Irna juga meminta tandatangan dokter dan dimasukkan sebagai persediaan rumah sakit.
"Hasil penelusuran Bareskrim, ditemukan adanya penawaran vaksin tertentu dengan harga yang lebih murah," kata Nila.