TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Pertemuan antara pihak keluarga korban dan pihak RS St Elisabeth berlangsung ricuh.
Kedua pihak tidak menemukan titik temu untuk menyepakati pembukaan data penggunaan vaksin palsu oleh rumah sakit.
"Kami hanya ingin tahu, sejak kapan persisnya rumah sakit gunakan vaksin palsu. Kami jangan dibohongi lagi," tegas seorang keluarga korban, Ardianto di RS Elisabeth Bekasi, Jumat (15/7/2016).
Keluarga mengamuk karena pihak rumah sakit hanya memberikan data fotocopy atas penawaran CV Azka Medika untuk menggunakan vaksin dari perusahaannya.
"Kami ingin bukti yang asli. Bukan fotocopy, kami tidak terima bukti fotocopy," teriaknya.
Dalam surat fotocopy tersebut, terdapat penawaran oleh CV Azka Medika pada bulan Juni 2015 dan pihak Rumah Sakit Elisabeth dan para keluarga juga ragu ketika pihak rumah sakit menyampaikan baru menggunakan vaksin tersebut pada November 2015 hingga Juni 2016.
"Kami tidak yakin, apakah benar atau tidak. Ini nasib anak-anak kami. Siapa yang mau tanggung jawab," tegas keluarga korban yang lain.
Sementara itu, Direktur RS St Elisabeth Bekasi, Antonius Yudianto mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat memberikan data yang diminta karena tidak diizinkan oleh yayasan.
"Saya tidak bisa berikan karena harus melalui izin dari yayasan," ujarnya.
Dalam kericuhan itu, pihak Rumah Sakit juga sempat melarang media untuk meliput kejadian.
Beberapa personel keamanan (Satpam) sempat mengusir media dari ruang pertemuan.