Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri belum merencanakan membahas dampak polusi kabut asap terhadap negara-negara di ASEAN dalam beberapa pertemuan mendatang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Armanatha Nasir, mengatakan Indonesia siap untuk mendiskusikan masalah tersebut.
"Memang belum ada rencana. Setiap pertemuan bilateral nantinya tergantung dari kedua pemimpin. Tapi kami siap untuk diskusi soal kabut asap," ujar Armanatha di Kemenlu, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia saat ini untuk menangani persoalan asap sudah signifikan seperti melakukan water bombing dan juga rekayasa cuaca.
"Titik panas kita juga sudah berkurang sebanyak 71 persen dari waktu yang sama dengan tahun lalu. Jadi memang sudah sangat masif sekali untuk masalah asap ini," tambah dia.
Pada 2016 ini Pemerintah Indonesia bisa lebih baik menangani kebakaran hutan dan lahan dibanding tahun lalu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyebut hal itu dikarenakan antisipasi dan perbedaan iklim
Dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, Sutopo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2015 lalu tercatat ada 129.813 titik api atau hotspot di seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan tahun 2016 ini, hingga bulan ke delapan tercatat sudah ada 10.174 hotspot. Diperkirakan puncak potensi karhutla masih berlangsung September hingga Oktober mendatang.
Sejauh ini Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayah Sumatera dan Kalimantan di mana tahun lalu menjadi pusat kahutla, sejauh ini terpantau cukup baik.