TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo mengatakan, aktivitas ekonomi di desa dapat menjadi penopang ekonomi perkotaan.
Hal tersebut berlaku, ketika desa berhasil bergerak menjadi pusat produksi.
"Masyarakat desa bisa mendirikan pabrik-pabrik untuk menopang ekonomi di kota. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di desa. Kita bisa gerakkan masyarakat desa, bisa jadi motor penggerak ekonomi," ujarnya pada Penutupan Temu Karya Nasional dalam rangka evaluasi perkembangan desa dan kelurahan Tahun 2016 di Jakarta, Kamis (18/8), malam.
Mendes Eko mengatakan, program dana desa telah memberikan kesempatan bagi pembangunan desa. Total dana desa Tahun 2016 Rp46,9 Triliun tersebar di 74.754 desa.
Sehingga rata-rata desa mendapatkan dana sekitar Rp600 Juta hingga Rp700 juta. Hal tersebut belum termasuk anggaran desa dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.
"Kemarin saya ke Kabupaten Belu yang masih masuk kategori desa tertinggal. Mereka (Desa-desa di Kabupaten Belu) mendapatkan dana desa rata-rata Rp680 juta per desa. dari Provinsi dapat Rp250 juta, dan dari Kabupaten Belu Rp400 juta. Jadi total bisa mendapatkan Rp 1 Miliar," ungkapnya.
Mendes Eko melanjutkan, yang menjadi persoalan adalah bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat memanfaatkan dana desa untuk memberdayakan ekonomi. Ia berharap, dana desa tersebut dapat memberikan impact (dampak) pada aktivitas ekonomi warga.
"Rp1 Miliar ini bisa dibilang sebagai dana yang besar, tapi juga bisa dikategorikan sebagai dana yang kecil. Makanya kita sangat perlu mengembangkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMdes bisa jadi holding company (perusahaan induk) di desa," ujarnya.
Untuk itu, menteri Eko juga meminta kerjasama Kementerian Dalam Negeri untuk dapat membantu memberikan pelatihan terkait penyaluran KUR dan pelatihan terkait BUMDes.
"Tapi ini juga harus kerjasama dengan gubernur dan bupati. Karena jumlah desa kita sangat banyak, tidak mungkin kita akomodir sendiri," katanya lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Mendes Eko juga mengucapkan terimakasih kepada Kemendagri yang telah memberikannya kesempatan untuk bertemu dengan tokoh penggerak desa.
Ia menepis anggapan bahwa hubungan Kemendagri dan Kemendes berjalan tidak harmonis.
"Saya datang ke acara ini juga atas perintah senior-senior di Kemendagri, yang sudah sangat berpengalaman mengurus desa. Seharusnya saya masih di Belu ini, tapi karena ditelfon agar hadir, maka saya pun hadir di sini," Eko menegaskan.