Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) masih kerap terjadi.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, mengatakan sebagian besarnya Kahutla terjadi di wilayah yang dikuasai perusahaan pemegang konsensi lahan.
Kepada wartawan, di kantor Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, Rabu (24/8/2016), Nazir mengatakan lahan yang terbakar umumnya disebabkan ulah manusia yang berusaha membuka lahan dengan cara dibakar.
"Rata-rata untuk itu, pembukaan lahan yang kalau kita lihat banyak bisnis yang ada. Kalau masyarkaat kecil sekali lah, lebih banyak itu untuk bisnis, bisa perusahaan, oknum," katanya.
Satu kasus yang terjadi adalah pembukaan lahan untuk dijual lagi.
Nazir mengatakan ada orang-orang tertentu sengaja membakar lahan agar harga jual tanahnya naik.
Karena lahan yang sudah dibakar lebih mudah diolah dan harganya bisa lebih mahal.
Saat ini terdapat ratusan titik api kebakaran lahan yang tersebar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, serta Papua.
Nazir menyebut jumlahnya masih mungkin bertambah mengingat fenomena La Nina masih berlangsung sampai akhir tahun.
Walaupun mayoritas kebakaran terjadi karena ulah perusahaan, Nazir mengatakan masih banyak juga perusahaan yang beritikad baik yang mau membantu menanggulangi kahutla.
Walaupun kasus tersebut tidak terjadi di wilayahnya.
Ia menyebut respon perusahaan terhadap Kahutla tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
"(Mereka) sangat responsif, menjaga kebakaran agar tidak meluas, bahkan dapat membantu pemadaman di luar kosensi mereka," jelasnya.