TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil Survei Poltracking makin memantapkan Koalisi Kekeluargaan untuk menyatukan pilihan untuk mendorong majunya Pasangan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma)-Sandiaga Uno maju dalam Pilkada DKI 2017.
Apalagi pasangan ini kata Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Lukman Edy, hasil survei tersebut menunjukkan ketika petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dipasangkan dengan Heru Budi Hartono dan kemudian disimulasikan melawan Risma-Sandiaga, sepasang calon petahana itu harus siap mengakui kekalahan.
Elektabilitas mereka tertahan di 36,92 persen, sementara pesaingnya unggul di 38,21 persen.
"Hasil survey ini menjadi tantangan bagi partai koalisi kekeluargaan, untuk menyatukan pilihan, dan mau menggalang persatuan agar hanya memilih 1 paket pasangan," ujar Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu kepada Tribunnews.com, Jumat (16/9/2016).
PKB bersama 6 partai politik lainnya dalam Koalisi kekeluargaan akan membangun komunikasi intens dan lobi-lobi di tingkat pimpinan kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar mengajukan pasangan Risma-Sandi melawan Ahok.
"Kalau PDIP mau dengan paket seperti itu, maka jauh lebih baik. Hasil survey pooltracking sebagai pendorong," katanya.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha menjelaskan, elektabilitas calon petahana menunjukkan angka 40,77 persen.
Sementara itu, untuk Risma, angka yang tampil hanya 13,85 persen.
Dalam survei itu, Poltracking membuat simulasi pasangan calon kepala daerah yang akan maju pada Pilkada DKI.
Ketika Ahok berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat, elektabilitasnya lebih tinggi dibandingkan Yusril Ihza Mahendra-Sandiaga Uno.
Persentase perbandingan menunjukkan angka 44,62 persen berbanding 35,38 persen.
Begitu pula saat Ahok-Djarot disimulasikan melawan Sandiaga-Saefullah; Ahok-Djarot meraih dukungan 41,54 persen, sedangkan Sandiaga-Saefullah hanya meraih 27,18 persen.
Namun, ketika Ahok dipasangkan dengan Heru Budi Hartono (sebelumnya ditulis Ahok-Djarot) dan kemudian disimulasikan melawan Risma-Sandiaga, sepasang calon petahana itu harus siap mengakui kekalahan.
Elektabilitas mereka tertahan di 36,92 persen, sementara pesaingnya unggul di 38,21 persen.
“Ini berarti, jika sosok Risma maju, maka ia akan menjadi lawan berat bagi petahana,” ujarnya.
Hasil serupa juga diperlihatkan ketika simulasi pasangan calon berubah.
Saat Risma dipasangkan dengan Anies Baswedan, mereka tetap unggul dengan perolehan 37,95 persen, jika melawan Ahok-Heru Budi Hartono (35,64 persen).
Survei yang dilakukan Poltracking menggunakan metode multistage random sampling terhadap 400 responden. Tingkat margin of error sebesar 4,59 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.