TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) ke-54 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) terketuk hatinya untuk meringankan beban korban bencana longsor dan banjir bandang di Garut.
Sejumlah bantuan diberikan seusai upacara penutupan PPRA ke-54 2016, Kamis (29/9/2016).
Bantuan itu berupa kebutuhan sembako, popok bayi, selimut, air minum, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Satu unit mobil boks milik Lemhanas juga disumbangkan ke Dinas Sosial Garut.
“Para Almuni PPRA ke 54 menyampaikan belasungkawa yang medalam atas peristiwa ini. Kami juga turut prihatin atas musibah banjir dan longsor menimpa saudara-saudara di Garut. Semoga bantuan ini dapat membantu meringankan beban saudara saudara kita yang tengah ditimpa bencana,” ujar Ketua Alumni PPRA ke 54 Kombes Pol Muhammad Iqbal, dalam keterangan pers yang diterima.
Pemberian bantuan ini, terjadi secara spontan. Mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu, menyebut, hal ini juga menjadi kenang-kenangan tersendiri yang tak terlupakan bagi alumni PPRA ke-54.
“Bantuan ini terkumpul secara spontanitas, tidak direncanakan,” jelasnya.
Ia mengatakan, alumni PPRA ke-54 sangat peduli terhadap masalah sosial bangsa, hal ini sudah menjadi bagian tanggung jawab anak bangsa yang ingin berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
“Jangan dilihat besar kecilnya nilai bantuan itu, namun munculnya kepedulian para alumni PPRA ke 54 bagi korban bencana yang membutuhkan sembako dan kebutuhan sehari-hari, tentunya sangat berharga. Semoga bantuan ini mendapat berkah,” katanya.
Adapun peserta PPRA ke-54 mengikuti pendidikan reguler Lemhanas selama 7 bulan. Sebanyak 108 peserta mengikuti pendidikan tersebut, termasuk dari 9 negara (Malaysia, Kamboja, Thailand, Madagaskar, Mali, Jordania, Kepulauan Fiji, Zimbawe dan Srilanka).
Muhammad Iqbal juga berharap, bencana ini bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar.
“Semoga musibah ini tidak terulang kembali, kita juga harus terus waspada terhadap lingkungan disekitar kita khususnya masyarakat yang tinggal di tepian sungai untuk menjaga kebersihan, menjaga hutan atau pohon-pohon untuk sebagai penyangga agar tidak terjadi banjir dan longsor,” sarannya.
Dilaporkan, bencana longsor dan banjir bandang menerjang Garut Jawa Barat, Rabu (21/9/2016) silam mengakibatkan 57 rumah hanyut, 633 rumah terendam, 20 orang meninggal, 59 orang luka-luka, dan sekitar 20 orang belum ditemukan.