TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa yang terlintas di benak ketika mendengar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)?
Sebagian orang menganggap MEA menjadi momok menakutkan. Utamanya dalam sektor ketenagakerjaan.
Dengan adanya MEA, praktis kompetisi mencari pekerjaan di dalam negeri makin sengit karena warga asing berhak cari makan di Indonesia.
“Pada MEA, Indonesia jadi sarang investasi yang baik. Banyak perusahaan dan pekerja asing yang berlomba-lomba ingin masuk ke Indonesia. Tetapi permasalahan Indonesia hanya sekedar bertahan, kita belum mampu memasuki pasar luar negeri, ”ujar Paul R Rompas selaku Pemimpin Cabang Bank BRI Rasuna Said kepada Tribunnews pada Selasa (04/10/2016).
Menurut Paul, bahasa Inggris menjadi kunci utama keberhasilan masyarakat Indonesia khususnya pekerja di pasar MEA.
Faktanya, Indonesia masih kalah dibawah negara-negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa penutur kedua, seperti Singapura, Filipina, dan Malaysia.
Data Kementerian Pariwisata Filipina mencatat sebanyak 93,5 persen penduduk negara tersebut fasih bercakap bahasa Inggris.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Laporan Bank Dunia yang menyatakan kesenjangan besar antara kualitas pekerja terampil Indonesia dan pekerja dari negara-negara lain menghadapi MEA disebabkan oleh kemampuan berbahasa Inggris.
“Para pekerja disini tidak di push untuk menguasai bahasa Inggris, seperti halnya kebijakan tax amnesty yang sukses dijalankan pemerintah, “tambah Paul.
Padahal dalam pekerjaan sehari-hari, sambung Paul, bahasa inggris sering digunakan dalam komunikasi dengan atasan, rekan kerja atau partner bisnis asing.
“Di era MEA ini diperlukan kesadaran diri dalam mengembangkan kualitas diri, terutama bahasa Inggris, ”ungkap Paul.
Oleh sebab itu, bagi mereka yang sadar betul pentingnya bahasa Inggris di MEA ini, mereka memilih lembaga pendidikan non-formal, seperti kursus bahasa Inggris.
Sayangnya, tak semua orang cocok dengan sistem pengajaran kursus bahasa Inggris.
“Saya pernah kursus bahasa Inggris di tempat lain, tetapi menurut saya kesannya seperti kelas sekali” kata Paul.
Bagi para pekerja yang ingin pede dan mahir berbahasa inggris, mungkin lembaga bahasa Inggris yang berfokus pada grammar kurang tepat bagi Anda.
Ada baiknya, anda memilih tempat kursus yang berfokus pada kemampuan berbicara (conversation) bahasa Inggris.
“Sudah setahun ini saya les di tempat kursus yang fokus pada speaking. Di sini saya bisa memilih tutor dan mereka helpful dan easy going kayak teman sendiri. Belajar bahasa inggris jadi lebih fun” timpal Maureen Audrie Latupeirissa sebagai staf National Requirement Agency Support PT Allianz Utama Indonesia.
Direktur English Talk menyatakan, seseorang yang latihan bahasa Inggris dengan pengajar minimal 30 menit sehari, dipastikan dalam tempo tiga bulan akan mahir berbicara bahasa Inggris.
Menurut Ajay, kunci keberhasilan mahir berbahasa Inggris adalah berlatih secara rutin setiap hari dibandingkan jadwal tertentu yang ditentukan tempat kursus.
Tentunya latihan setiap hari tersebut disesuaikan dengan waktu luang siswa, apalagi kebanyakan siswa kami adalah pekerja kantoran.
Terlepas dari apapun metode pembelajaran bahasa Inggris, kunci utama untuk memenangkan kompetisi MEA ini adalah kesadaran pekerja Indonesia untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggrisnya.
Penulis: Elgawati OS/Editor: Fajar Anjungroso