News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada Serentak

Kenali Tiga Model Kampanye yang Kerap Dilakukan Calon Maupun Timses di Pilkada

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri Direktur Eksekutif & Riset Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR, politisi Partai Golkar Ace Hasan, Wasekjen Partai Gerindra Ahmad Riza Patria, dan Politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu, menjadi nara sumber pada diskusi dan bedah hasil survei Pilkada DKI dengan tema Menakar Kandidat Kuat Gubernur DKI Jakarta 2017 di Jakarta, Kamis (15/9/2016). Dalam rilis survei tersebut nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bisa jadi lawan terberat cagub DKI incumbent Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), disusul Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Yusril Ihza Mahendra. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Pengamat politik dari Pol-Tracking, Hanta Yuda menyebut ada tiga model kampanye yang kerap dilakukan pasangan calon maupun tim sukses.

Tiga model kampanye itu dapat menghasilkan efek positif dan juga negatif‎.

"Tiga model kampanye ada tiga, kampanye positif, negatif dan kampanye hitam atau black campaign," kata Hanta di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/10/2016).

‎Hanta menuturkan, kalau kampanye positif dilakukan berdasarkan fakta dan data bukan fitnah semata.

Sementara kampanye hitam biasanya berisi fitnah yang bertujuan menjatuhkan lawan secara tidak sehat.

"Untuk fitnah ini akan menjadi tugas aparat penegak hukum. Karena itu kita harus tingkatkan pemilih yang rasional dan pencitraan berbasis fakta agar demokrasi kita lebih berkualitas," tutur Hanta Yuda.

Masih kata Hanta, ‎dalam proses demokrasi, sebuah transparansi khususnya dalam proses kandisasi dari nama-nama calon kandidat dilakukan secara obyektif.

Dirinya mencontohkan, kalau di Amerika, nama calon itu sudah terjadi proses di internal parpol dan masyarakat mengetahui sejak perekrutan itu.

"Tapi, kita tiba-tiba muncul tiga kandidat A, B, dan C, yang tidak diketahui proses pencalonannya sebagai kepala daerah. Seperti di Jakarta ini. Karena itu wajar kalau calon kepala daerah di Indonesia lebih menekankan kepada popularitas, dan isi tas (uang)," ujar Hanta Yuda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini