TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pagi itu, Kamis (20/10/2016) tiba-tiba kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang, dibuat heboh oleh aksi nekat seorang remaja berusia 21 tahun.
Ya, pemuda itu adalah Sultan Azianzah (SA). Adik dari dua anggota polisi Polres Tangerang tiba-tiba secara membabi-buta menyerang tiga orang anggota polisi yang berada di pos polisi lalu lintas di dekat kawasan pendidikan Cikokol.
Perselisihan itu bermula ketika SA menempelkan stiker berbentuk lingkaran dengan gambar mirip lambang ISIS ke dinding pos polisi.
Mengetahui itu, Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang Bripka Sukardi, menghampiri dan meminta SA mencopot stiker yang ditempelnya.
Bukannya mencopot stiker, SA secara tiba-tiba malah menyerang keduanya menggunakan sebilah golok. Akibat serangan secara mendadak itu, Bambang dan Sukardi mengalami luka tusuk.
Melihat rekannya diserang, Kapolsek Tangerang Kota, Kompol Effendi yang kebetulan berada di dekat lokasi berusaha menahan serangan SA.
Bukannya berhenti menyerang, SA malah langsung menyerang Effendi. Effendi ditusuk oleh SA di bagian dada.
Merasa korban semakin beringas, Effendi akhirnya terpaksa menembak SA di kedua pahanya. Tertembak di kedua paha, SA masih terus melakukan perlawanan, hingga akhirnya SA roboh setelah ditembak dibagian perutnya.
Akibat penyerangan itu, Effendi mengalami luka tusuk di bagian dada. Sedangkan Bambang mengalami luka di dada kiri dan punggung kiri, dan Sukardi terluka di punggung kanan serta lengan kanan.
Ketiganya langsung dibawa ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapatkan perawatan secara intensif.
SA dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, namun saat di tengah perjalanan SA tewas karena diduga kehabisan darah.
Belum diketahui secara pasti apa motif dari penyerangan itu. Kapolres Metro Tangerang Komisaris Besar Irman Sugema menduga SA terlibat jaringan radikal ISIS.
"Mengarah dugaan sementara jaringan ISIS, kalau melihat stiker yang ditempel tadi di pos polisi," kata Irman kepada wartawan, di lokasi.
Tak hanya itu, polisi juga menemukan benda yang diduga bom pipa di dekat lokasi kejadian. Beruntung, bom yang masih aktif tersebut tak sempat meledak.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, bom aktif yang ditemukan di lokasi berdaya ledak cukup besar. Bom itu bisa melukai bahkan membunuh manusia.
"Kalau mengenai tubuh kita, ya lumayan. Perut bisa bolong," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Boy menambahkan, polisi masih mempelajari kandungan dan isi bahan peledak itu. Selain itu, polisi juga masih menyelidiki dari mana SA mendapatkan bom tersebut.
Dari pendalaman itu pula, penyidik bisa mengembangkan apakah SA terafiliasi dengan kelompok tertentu.
"Itu bisa jadi ciri khas kita melangkah ke mana penyelidikannya terhadap background kejahatan dari hasil karyanya itu," kata Boy.
Dikenal tertutup
Kepala Bagian Penerangan Umum Komisaris Besar Martinus Sitompul menyebut, meski memiliki dua orang kakak polisi, SA memilih tinggal sendiri.
Martinus menambahkan, kedua kakaknya tak dekat dengan SA.
Mereka mengaku jarang berkomunikasi dengan adik paling bungsunya itu. Terlebih lagi, kata Martinus, kakak SA menilai adiknya suka menyendiri.
Menurut kedua kakaknya, baru belakangan ini SA terkesan menjauhkan diri dari keluarga. Dia jarang berkomunikasi dengan keluarga.
"Mereka tidak tahu aktivitas adiknya saat ini. Memang senang dengan komputer, browsing, itu yang diketahui," kata Martinus.
Hal itu juga dibenarkan oleh salah satu tetangga SA di RT 04 / RW 02 Nomor 71, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, bernama Enung.
Enung mengaku SA sangat tertutup, sehingga tetangga sekitar rumahnya tidak mengetahui aktivitas sehari-hari yang dikerjakan oleh SA.
"Dia (SA) masih bujangan, orangnya pendiam, tertutup gitu, enggak tahu kerjaannya apa," ujar Enung.
Enung menyebut, saat ini ayah SA sedang berada di Palembang.
Enung mengungkapkan, SA yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara itu disebut mahir bela diri. Dua kakak SA adalah anggota kepolisian.
Penulis: Akhdi Martin Pratama