Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang dosen menarik nafas dalam-dalam. Ia memandangi mahasiswinya setengah tak percaya, mengajukan penelitian tentang bioetanol yang masih banyak orang belum lakukan.
Nada Mawarda Rilek diam sesaat. Proposalnya ingin meneliti bioetanol dari tumbuhan yang mengandung lignoselulosa mendapat penolakan halus dari dosen tersebut.
"Dek, kamu sudah membaca buku berapa banyak? Referensi Indonesia atau luar negeri?" dosen tadi melemparkan pertanyaan.
"Sejauh mana mau membuat penelitian itu? Kamu harus membaca hasil tesis yang sudah mengarah ke detil. Kalau tesis bahasa Indonesia masih kurang. Ilmu kalian belum sampai ke sana."
Alih-alih memberikan dukungan moril dan bimbingan untuk penelitian ini, dosen yang dianggap killer oleh para mahasiswanya itu membuat Nada ragu.
Ia pamit dari ruangan si dosen. Nada, masih ingat ketika itu tahun 2014, masih semester dua masuk tiga di Jurusan Teknologi Industri Pertanian dan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Masukan sang dosen Nada anggap lecutan. Sejumlah seminar tentang bioetanol yang ia ikuti di kampus menebalkan cita-citanya untuk memastikan penilaian dosen tadi keliru.
Berbilang tahun ia dan timnya yang terdiri dari Wisnu Aninditya dan Ameiga Putri berhasil menghasilkan produk BIOLATE, Bioethanol of Palm Oil Waste. Kadar kemurnian bioetanol mereka 94 persen, kurang 5 persen lagi untuk menjadi bahan bakar.
Di Pertamina Science Fun Fair 2016, Grand Atrium Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2016), BIOLATE satu dari sekian yang membuka stan dan memamerkan produk inovasinya.
Silih berganti pengunjung datang bertanya soal inovasi bioetanol. VP Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro; Direktur Sistem Inovasi Kementerian Ristek dan Dikti, Ophirtus Sumule; dan Direktur Gas, Energi Baru dan Terbarukan PT Pertamina Yenni Andayani, sekian orang yang meninjau stan BIOLATE.
Sejak mahasiswa baru, Nada dan mahasiswa di fakultasnya tertantang oleh kebijakan kampus. Mahasiswa, baik individu atau kelompok, yang berprestasi di event Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional, Olimpiade Sains Nasional Pertamina, dan ajang internasional, bebas tak ajukan skripsi.
"Bisa di bilang senior sebelum kami sudah banyak berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Kami ditantang sudah sejak mahasiswa baru untuk berinovasi," kata Nada.
Nada, Ameiga dan Wisnu, meski bukan menjadi juara pertama di Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2015, BIOLATE sangat ekonomis untuk dikembangkan dalam skala industri lebih besar.