TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tujuh orang maha guru dari Dimas Kanjeng Taat Pribadi akhirnya ditangkap Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Sabtu (5/11/2016) malam.
Mereka diringkus di rumah masing-masing di kawsan Tomang Jakarta oleh tim yang dipimpin Kasubdit Jatranas Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Taufik.
Semuanya ditangkap di Jakarta dan baru diterbangkan dan tiba di Surabaya pada Minggu (6/11/2016) siang.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes RP Argo Yuwono membenarkan adanya penangkapan tujuh maha guru di Jakarta.
Mereka diduga ikut terlibat kasus penipuan kelompok Dimas Kanjeng.
“Kami masih melakukan pemeriksaan ketujuh maha guru dari Dimas Kanjeng,” sebut Argo Yuwono di Mapolda Jatim, Minggu (6/11/2016) siang.
Misteri Abah Gimbal
Penyidik Ditreskrimum Polda Jatim berangkat ke Jakarta untuk menguak keterlibatan SP Maranata dalam penipuan bermodus penggandaan uang dengan tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes RP Argo Yuwono, menjelaskan penyidik setidaknya fokus tiga persoalan yang ada selama di Jakarta.
Pertama, menggali informasi di Hotel Merlynn Park yang berlangsung 14 sampai 19 Maret.
Kedua, memperdalam keberadaan Hanna Bank yang informasinya datang dalam pertemuan di Hotel Merlynn Park Jakarta dan ketiga mencari tujuh mahaguru yang diangkat oleh Taat Pribadi.
"Semua itu atas pengakuan tersangka Maranata alias Vijay dan penyidik sangat fokus untuk menguak ini semua," ujar Kombes Argo kepada Surya, Sabtu (5/11/2016).
Dalam menguak kejahatan yang diduga dilakukan Dimas Kajeng, dukun pengganda uang, penyidik juga mendalami penyidikan terhadap aliran dana yang diterima Vijay.
Sesuai keterangan sementara, Vijay baru menerima aliran dana Rp 2 miliar. Namun informasi yang masuk nilainya lebih dari Rp 13 miliar.
"Soal aliran uang terus didalami tapi fokus ke Jakarta untuk menguak tiga hal itu," terang dia.
Informasi yang berkembang, pria keturunan India adalah saksi kunci keterlibatan Dimas Kanjeng dalam dugaan tindak pidana penipuan yang memakan korban dari beberapa daerah di Indonesia.
Kasus ini telah memakan beberapa korban jiwa di antaranya Ismail Hidayah dan Abdul Gani.
Kedok yang diaku Vijay adalah pertemuan di Hotel Merlynn Park pada 14 sampai 10 Maret 2016 lalu, merupakan setingan pemilik Padepokan Dimas Kanjeng.
Dalam pertemuan di hotel yang dihadiri para pengikut Dimas Kanjeng, Vijay menyeting seolah-olah acara itu dihadiri pihak bank yang diakui sudah bekerjasama.
Padahal orang yang diberi seragam bank dan hadir di hadapan masyarakat hanya orang biasa.
Peran Vijay yang lain adalah mencari tujuh orang yang diangkat sebagai mahaguru oleh pemilik padepokan di Dusun Sumber Cengkelek Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Padahal tujuh orang yang kini dicari itu tidak mengerti apa-apa.
Pengangkatan tujuh orang sebagai mahaguru hanya untuk mengangkat atau mengagungkan nama Dimas Kanjeng di mata pengikutnya.
Penyidik juga tengah mencari orang yang disebut Abah Gimbal yang katanya berusia 600 tahun lebih dan tugasnya sebagai penunggu sembilan gudang gaib.
Versi tersangka Dimas Kanjeng saat diperiksa penyidik, uang Rp 2 triliun dibawa oleh Abah Dofir asal Tomang, Jakarta.
Diduga pula uang yang lain juga dititipkan ke Abah lain termasuk seperti Abah Abdurahman.
"Untuk menguak itu penyidik masih bekerja. Tunggu sampai selesai," ucap perwira dengan pangkat tiga melati di pundak.