TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Keluarga bocah Trinity Hutahaean (4), korban ledakan bom molotov dari aksi terorisme di Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11/2016), memaafkan pelaku terorisme, Juhanda alias Jo.
Menurut keluarga, Tuhanlah yang akan memberi balasan karena pelaku telah menyakiti anak-anak yang tidak berdosa.
Roina Simanjuntak, kakak dari ibu korban, mengatakan, pihak keluarga tidak mengutuk pelaku teror tersebut.
Namun, pihaknya menyerahkan segalanya kepada Tuhan karena Tuhan mengajarkan untuk memaafkan dan bukan membalas kejahatan.
"Kami tidak mengutuk, tetapi mengampuni yang jahat. Besar harapan saya, adik-adik saya kuat, terutama ibu dari Trinity, yang kini masih trauma dengan keadaan anaknya. Tetapi, dia tetap sabar dan tidak mendoakan yang macam-macam," kata Roina, Selasa (15/11/2016).
Sebagai pihak korban, Roina hanya bisa mendoakan agar pelaku kembali sadar dan tidak menyakiti anak kecil lagi.
"Jangan lagi ada yang begini, cukup sudah sakiti keluarga korban," ujarnya.
Menurut dia, trauma ibu dari bocah Trinity memang dalam. Ibunya bahkan tidak berani beranjak dari sisi Trinity.
"Hati siapa yang tak luka ketika datang ke gereja untuk beribadah tiba-tiba anak jadi korban terorisme. Lima puluh persen dari tubuh Trinity menderita luka bakar. Ini pasti membekas di hati, tetapi sekali lagi kami mengampuni yang bersalah dan kami tidak membalas," katanya.
Saat ini, ayah Trinity sedang melakukan perjalanan dari Laos ke Indonesia.
Trinity sendiri kerap mengerang kesakitan akibat luka bakar sehingga dia tak bisa tidur setiap malam.
"Namanya anak-anak pasti rewel. Dia menangis sepanjang malam dan ibunya tetap sabar. Bapaknya dalam perjalanan dari Laos, kan bapaknya TKI. Mohon doa dari masyarakat Indonesia untuk kesembuhan anak kami," katanya.
Gereja Oikumene Sengkotek, Samarinda, dibom oleh seorang terduga teroris dengan bom molotov, Minggu.
Kejadian itu melukai empat orang bocah yang tengah bermain di pelataran gereja.
Intan Marbun (3), salah satu korban, bahkan kini sudah meninggal lantaran mengalami kerusakan paru-paru akibat luka bakar 75 persen.(Kontributor Samarinda, Gusti Nara)