TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rahmita Dewi (28) terlihat tegar meski sang suami, Sersan Satu Bayu Sadeli Putra (28), gugur dalam tugas di Kalimantan Utara, Kamis (24/11/2016) pekan lalu.
Sesekali, perempuan berhijab ini terisak, ketika mengenang almarhum sambil menggendong anak bungsunya, Rayihan Artarsyah yang berusia empat bulan.
"Saya sangat sedih dan terpukul dengan kejadian ini," kata Dewi saat ditemui di rumahnya, Kampung Lokomotif RT 04/05, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Senin (28/11/2016) siang.
Sersan Satu Bayu Sadeli Putra gugur dalam tugas ketika helikopter Bell 412 milik TNI AD yang ditumpanginya, terjatuh di pegunungan Kalimantan Utara.
Bayu merupakan lulusan Pusat Pendidikan Penerbangan Semarang angkatan 2008.
"Suami saya bekerja sebagai mekanik di satuannya," ujar Dewi.
Dewi mengungkapkan, terakhir kali bertemu dengan Bayu pada Juli 2016 lalu.
Saat itu, Bayu pulang, karena menanti kelahiran putra keduanya, Rayihan.
Selama dua pekan di Bekasi, Bayu kembali bertugas di Tanjung Redeb, Kalimantan Timur.
Meski hanya dua pekan bertemu, mereka berdua tetap menjalin komunikasi lewat layanan media sosial BlackBerry Messenger (BBM).
Anehnya, kata Dewi, beberapa hari sebelum kejadian itu, sang suami meminta maaf kepadanya dan berpesan untuk menjaga kedua anaknya, Bara Alimsyah (5) dan adiknya, Rayihan.
Bayu juga meminta istrinya untuk mengirimkan foto beserta dokumen lengkap semasa almarhum bertugas, melalui BBM.
"Saya sampai sekarang tidak tahu maksud almarhum meminta foto itu untuk apa, cuma dia sempat bilang untuk disimpan di HP," ungkapnya.
Dewi mengetahui sang suami telah wafat dari komandan Bayu.
Pada Minggu (27/11/2016) malam, komandan Bayu menelpon ke rumah dan memberi kabar duka.
"Beliau mengabarkan bahwa suami saya gugur saat tugas," ucapnya.
Mendengar kabar tersebut, ibu dua anak itu sempat syok.
Namun, sejumlah keluarga berupaya menenangkannya agar menerima keadaan.
"Keluarga ikhlas meski awalnya sangat berat. Suami saya gugur ketika menjalankan tugas negara," imbuhnya.
Sebelumnya, Dewi mengaku terus menghubungi markas suaminya bertugas di Kalimantan.
Hal itu dilakukan setelah ibunya mendapatkan informasi dari televisi bahwa helikopter yang ditumpangi suaminya hilang kontak.
"Setiap menghubungi, petugas meminta untuk terus bersabar," ujarnya.
Setelah mendapat kepastian itu, kata dia, keluarga meminta jenazah almarhum dibawa langsung ke Dumai, Riau, untuk dimakamkan.
Sebab, Dumai merupakan tempat kelahiran dan juga tempat tinggal keluarga besarnya.
"Rencananya saya akan ke Dumai, setelah mendapat kabar lanjutan dari komandan suami saya," ungkapnya.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri